Sunday, November 27, 2005

Katanya: Menulis Itu Mudah

Siapa Bilang Sulit?

Sesunggunya menulis karya ilmiah itu pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang karena seluruh mahasiswa/siswa pasti bisa menulis. Tetapi susah karena ketiadaan kemauan, kebutuhan dan kebiasaan serta ketrampilan menulis. Sulit bagi yang belum tahu tekniknya, yang malas berfikir, dan malas berdisiplin. Sulit karena ketrampilan ini langka dimiliki sehingga tidak mudah berguru karena sulit cari gurunya. Sulit sehingga tidak pernah dicoba, sebab sering gagal sebelum memulainya. Padahal mencoba terus-menerus menjadi jalan satu-satunya jalan untuk menjadi penulis yang baik. Menulis yang baik butuh pengalaman, tetapi tanpa pengalaman orang kesulitan menulis. Seperti lingkaran setan yang harus diputus rantainya, dihapus mitosnya dengan cara menikmati keberhasilan setiap langkah kemajuannya, sekecil apapun.


Kemauan yang Butuh Keyakinan

Kemauan menulis bisa dipaksakan, misalnya terpaksa karena ada tugas harus menulis skripsi, tetapi seringkali sesuatu yang terpaksa tidak langgeng. Mudah stress dan sering berakhir dengan hasil yang mengecewakan. Kemauan yang sesaat juga sering jadi masalah. Kemauan tidak kuat hanya menghasilkan pekerjaan setengah jadi atau malah gagal sama sekali. Seringkali kerja besar hanya bisa dilakukan oleh mereka yang bisa terus-menerus berkomitmen tinggi. Kerja besar terdiri atas banyak kerja kecil-kecil yang terstruktur dan memerlukan waktu panjang untuk menuntaskannya. Lari 10 km dimulai dari ayunan langkah yang pertama.

Jadi kuncinya yakin bahwa bisa menulis dan yakin bahwa tulisan kita bermanfaat untuk orang lain. Keyakinan ini harus dipupuk terus menerus. Kalaupun akhirnya tulisan itu tidak dibaca orang lain maka jangan berkecil hati karena pastilah tulisan itu sudah kita baca sendiri dan itu berarti tulisan itu bermanfaat untuk diri sendiri. Keyakinan bahwa menulis bermanfaat bagi diri sendiri ini dapat membuat kita konsisten terus berusaha menulis.

Kebutuhan Membuat Paksaan dapat dinikmati

Kebutuhan menulis bisa direkayasa, karena kebutuhan sebenarnya bisa diciptakan. Sayangnya lebih banyak yang tidak merasa butuh menulis. Menulis lebih jadi beban, bukan menjadi kebutuhan ekspresi ide dan gagasan. Ingat bahwa setiap orang butuh mengekspresikan diri karena manusia adalah makhluk sosial. DR Pennebaker dalam buku Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotion mengungkapkan riset psikologi pada mereka yang menulis. Hasil riset membuktikan mereka yang mengungkapkan segala pengalaman yang mengganggu fikiran lewat tulisan dapat meningkatkan perasaan dan kesehatan tubuh.

Besarnya Manfaat Menulis

“Menulis Lebih Baik ketimbang Operasi Wajah”, itu kata bijak dari Fatima Mernissi untuk para wanita di seluruh dunia. Ia menambahkan, “Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa”. Manfaat yang didapat dari melepaskan stress adalah wajah yang berseri-seri dan bebas jerawat!

Bayangkan jika manfaat menulis ternyata bisa meningkatkan kecerdasan seseorang. Dengan menulis berarti mengikat makna dari gagasan abstrak di kepala. Kebiasaan memformulasikan gagasan mau tidak mau melatih otak kanan dan kiri. Otak kanan menimbulkan gagasan dan otak kiri memformulasikan agar dapat menjadi tulisan. Penggunaan logika, imajinasi, analisa dan memory akan melatih otak mencapai keadaan optimalnya.

Menurut DR Taufik Pasiak -Dosen UGM yang ahli bidang otak- bahwa menulis membantu mengaktifkan otak untuk menciptakan hubungan-hubungan neuron baru khususnya pada jaringan hypocampus sehingga mempercepat memori tersimpan. Menulis terbukti mencerdaskan otak.

Pekerjaan menulis juga dapat mendatangkan penghasilan yang lumayan. Saat ini banyak media cetak yang mau membayar mahal atas artikel bermutu. Banyak pula penulis yang hidup berkecukupan hanya dari royalty buku yang diterbitkan.


Kebiasaan Membentuk Karakter Trampil

Kebiasaan menulis hanya bisa jika didukung dengan kebiasaan membaca. Menurut Hernowo, menulis adalah kepanjangan tangan dari membaca. Seseorang yang telah membaca banyak biasanya banyak pula ide yang ada di kepala yang menuntut dikeluarkan. Kalau tidak dikeluarkan bisa muncul jerawat dan stress. Yang dituntut dari pembiasaan adalah disiplin diri pada penggunaan waktu dan konsistensi. Berusaha menetapkan tujuan dan target lalu setia pada tujuan dan target itu. Berusahalah menetapkan prioritas dengan mendahulukan yang terpenting dari yang penting. Ini sangat berguna untuk mengurangi tekanan batin saat terjadi masalah ketika menentukan pilihan yang berakibat harus ada yang dikorbankan.

Tanpa kebiasaan membaca maka sangat sulit untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu. Apa yang mau ditulis jika bahan tulisan tidak ada? Bahkan ada humor yang mengatakan 3 jam di perpustakaan senilai 3 bulan penelitian dilaboratorium. Mendapatkan ilmu lewat membaca buku yang tepat jauh lebih cepat dari pada mencoba mengalaminya sendiri.

Kebiasaan menulis perlu dilatih mulai dari yang paling sederhana seperti menulis memo, ringkasan, catatan harian (diary) atau menulis laporan singkat, lalu meningkat pada tulisan berat model membuat proposal, artikel dan karya ilmiah atau mengarang buku. Kebiasaan membaca yang diikuti kebiasaan menulis akan sangat efektif dalam menyerap ilmu pengetahuan. Inilah ketrampilan hidup (life skill) yang sangat berguna untuk survife di era informasi saat ini.

Mengalirkan Gagasan dengan Mengaktifkan Otak Kananmu

Untuk memulai menulis maka tuliskan dari apa yang benar-benar kamu pahami. Ini nasehat dari JK Rouling. Fungsikan otak kananmu yang penuh kreatifitas. Tuangkan gagasan dengan menulis terus tanpa henti seperti mengalir. Jangan perdulikan tatabahasa atau pilihan kata. Jangan perduli jika terpaksa menuliskan titik-titik atau tanda tanya karena memang belum ketemu teori, nama, angka atau data penting lainnya tapi sempat terlintas. Jangan takut untuk menggambar jika memang gagasan itu tidak bisa ditulis dan hanya lebih baik dituangkan dalam bentuk gambar atau sketsa. Biarkan nanti pada gilirannya titik-titik itu dapat diedit dengan menambahkan detil valid dari pustaka rujukan atau dari tanya pada sumber ahlinya. Tapi itu nanti. Sekarang saatnya menuangkan gagasan.

Setelah menuliskan pokok pikiran cobalah untuk terus mengembangkannya dengan deskripsi yang mengalir, seperti bercerita atau ngobrol. Bolehlah aliran ide melompat dari satu topik ke topik lain. Mungkin saja nanti urutannya harus ditata ulang, tapi itu nanti. Boleh saja topiknya beda sama sekali. Nanti siapa tahu menjadi bahan tulisan kedua atau ketiga dan seterusnya.

Jika ide macet bisa gunakan teorinya clustering dan mind maping milik Tony Buzan. Tulis dulu pokok pikitan ditengah-tengah kertas kosong. Kemudian coba tuliskan berbagai topik yang berkaitan dengan pokok pikiran. Tambahkan hubungan dengan membuat cabang-cabang tema apapun yang terlintas dikepala. Teruskan dengan menambahkan anak-anak cabang berikutnya. Gunakan set kreatif untuk membuat cabang yang banyak dan ‘rimbun’ dengan gagasan pengembangan. Jika mulai menyimpang bisa saja pokok pikiran ini dicoret. Setelah menggali gagasan dengan melukiskannya, baru kemudian menuliskannya dalam alenia-alenia bentuk bertutur.

Kemudian gunakan jeda waktu sebentar untuk mengendapkan gagasan. Setelah gagasan diendapkan barang sehari semalam (jadi jangan buru-buru diedit) barulah kemudian hasil tulisan tadi diedit dan diedit. Proses edit ini memakan waktu dan usaha 40% sendiri sebelum akhirnya tulisan layak dibaca orang lain.

Saatnya Mengedit dengan Memfungsikan Otak Kiri

Mengedit berarti membahasakan gagasan kedalam bahasa yang berlaku didunia ilmu pengetahuan. Ada aturan yang harus ditepati, ada struktur kalimat dan urutan yang baku. Ada pengambilan kesimpulan secara deduktif atau pemaparan induktif. Tulisan ilmiah bercirikan adanya data-data valid pendukung gagasan. Menghimpun data ini dapat berupa menghimpun buku-buku (pustaka), menyebar angket, observasi lapangan atau dengan mencari dokumen pendukung. Dokumen itu bisa dokumen pokok yang berkaitan langsung dengan gagasan yang ditulis ataupun berupa dokumen penunjang. Salah satu sumber data dan dokumen paling berlimpah adalah internet. Sayangnya untuk itu kita harus pandai bahasa Inggris. Jadi bahasa Inggris adalah kemampuan penting yang harus diasah.

Otak kiri yang biasa berfikir analitis, runut, logis dan matematis sangat dibutuhkan dalam proses editing. Saat otak kiri bekerja aktif biasanya otak kanan akan terganggu konsentrasinya. Inilah rahasianya mengapa antara proses menggali ide atau gagasan harus dipisahkan dari proses mengedit tulisan. Jika dicampur biasanya kerja kreatif terhenti. Yang muncul adalah kesibukan otak kiri mengkoreksi atau sibuk menyalahkan. Hal ini justru sangat mengganggu proses kreatif.

Pasif Income

ArtImage by Aris
Tipe Pekerja

Kebanyakan orang bertipe pekerja (employee) yang bekerja dengan tenaga dan waktu yang dimiliki untuk mendapatkan bayaran dan kedudukan. Ini seperti membarterkan waktu dan tenaga untuk uang dan jabatan. Puncak prestasi dari kerja ini adalah diperolehnya jabatan tinggi dengan gaji tinggi, menikmati berbagai tunjangan dan pada akhirnya mendapat pensiunan. Tipe employee ini ada yang bergaji rendah tapi ada yang bergaji tinggi. Terdiri atas pegawai perusahaan, dokter di rumah sakit, koki di restoran, bankir di bank, arsitek dan tukang di perusahaan konstruksi juga PNS.

Untuk mendapat gaji tinggi dan bergengsi, strategi awalnya adalah bagaimana mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar atau menjadi pegawai pemerintah (PNS). Karena biasanya ada persaingan ketat untuk mendapat pekerjaan maka ijasah menjadi penentu penting setiap adanya lowongan pekerjaan. Untuk itulah mereka belajar dan berusaha mendapat nilai yang tinggi sehingga dapat masuk keperguruan tinggi bergensi dan lulus dengan ijazah dan nilai yang tinggi. Jika ijazah tidak mempan untuk masuk dunia kerja maka digunakanlah uang sogokan atau memo dari orang penting.

Setelah diterima sebagai pegawai negri atau diterima di sebuah perusahaan bergensi, mereka akan bekerja dengan rajin untuk mendapat gaji dan berharap satu saat nanti akan ada kenaikan pangkat atau jabatan yang biasanya berkaitan juga dengan kenaikan gaji dan tunjangan. Polanya secara sederhana adalah sebagai berikut:

Kerja ---> Pendapatan/Gaji ---> Karir/Jabatan ---> Pensiun

Sayangnya peningkatan pendapatan karena kenaikan gaji atau kenaikan pangkat seringkali diikuti dengan keinginan untuk meningkatkan derajat kehidupan. Artinya kenaikan status jabatan berarti kenaikan gengsi yang ini ditunjang dengan penampilan yang berbeda. Penampilan berbeda ini membutuhkan biaya yang berbeda alias pengeluaran meningkat. Hasilnya kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan pengeluaran. Pejabat yang lebih tinggi biasanya mempunyai rumah lebih besar dan mobil lebih bagus, lebih mahal serta lebih sering menghadiri pesta atau kondangan dengan amplop yang tebal. Pada kasus tertentu bahkan sebelum kenaikan gaji pegawai negeri benar-benar diterapkan, kenaikan harga-harga di pasar sudah jauh meningkat sebelumnya.

Tak jarang dengan alasan karena mempertahankan status maka mereka memaksa diri membeli barang kebutuhan meskipun dengan cara kredit. Tentunya dipilih yang angsurannya rendah dengan konsekuensi pelunasan jangka panjang. Mendapatkan kredit rumah dan kendaraan menjadi suatu yang dimudahkan oleh bank bagi mereka yang punya slip gaji tetap. Seluruh pendapatan semuanya habis dibelanjakan pada barang konsumsi dan digunakan untuk melunasi kredit. Jika ada sisa barulah mereka menabungnya. Tabungan ini akan digunakan untuk keperluan menyekolahkan anak, atau berobat jika ada anggota keluarga yang sakit atau kebutuhan lain yang menuntut uang ekstra. Hajatan menikahkan anak misalnya.

Tipe Pekerja Mandiri

Di samping tipe pekerja atau Employee ada tipe lain yaitu tipe pekerja mandiri atau Self Employee. Mereka yang termasuk di dalamnya adalah atlet profesional, dokter gigi, pengacara, artis, seniman, makelar mobil, pemborong bangunan, pemilik toko kelontong, sopir taksi, penjual bakso, tukang sate dan lain sebagainya. Berbeda dengan pekerja yang bekerja untuk mendapatkan gaji yang ditentukan oleh perusahaan, maka pendapatan dari self employee ditentukan langsung oleh pasar yang memanfaatkannya. Sayangnya seperti juga tipe pekerja, mereka yang bertipe pekerja mandiri tidak akan mendapatkan uang jika ia berhenti bekerja.

Keahlian menjadi ciri khas dari tipe ini. Semakin ahli dan semakin keras ia bekerja maka semakin banyak kostomer yang bisa dilayani maka semakin besar pendapatannya. Inilah cara tipe pekerja mandiri peningkatkan pendapatan. Meningkatkan keahlian dengan kursus, berlatih atau dengan meningkatkan volume kerja dengan bekerja lebih keras dan lebih lama. Tak jarang dari self employee ini kehabisan tenaga dan waktu untuk melayani pelanggan ketika usahanya semakin maju.


Jebakan Rat Race

Benar bahwa kedua tipe baik pekerja maupun pekerja mandiri ini dapat menghasilkan pendapatan jutaan rupiah atau bahkan ratusan juta dan status di mata masyarakat mereka tinggi. Namun mereka sejatinya tidak bertambah kaya karena tak ada peningkatan kemandirian pendapatan. Menurut Kiyosaki, mereka terpenjara dalam rat race (lomba lari tikus). Ini karena peningkatan pendapatan sering didiringi dengan peningkatan pengeluaran -kalau tidak hati-hati- yang lebih besar dari pendapatan. Ini membuat mereka merasa bahwa pendapatannya tidak pernah cukup. Ketidaktahuannya membuat tidak bertambahnya aset pribadi justru yang bertambah adalah pengeluaran dan hutang yang harus ditanggung. Mereka kemudian mencari solusi dengan cara menaikkan pendapatan yang berarti bekerja lebih keras, bekerja lembur dan mencari obyekan di luar kantor. Ada pula yang ingin jalan pintas dengan melakukan kejahatan kerah putih yaitu dengan mengkorupsi uang kantor atau menerima suap. Ada juga yang melakukan penipuan dan pembajakan.

Jika suatu ketika mereka tidak bisa bekerja secara permanen, bisa diakibatkan karena sakit, cacat akibat kecelakaan, perusahaan bangkrut, PHK atau sudah tua, maka mereka tidak lagi punya pendapatan. Setelah sedikit tabungan yang dikumpulkan habis, gilirannnya barang-barang yang dimiliki terpaksa dijual dengan harga kortingan untuk menutupi kebutuhan selama masih hidup dan yang tersisa adalah utang kredit yang bertumpuk.

Mereka sangat peduli dengan keamanan kerja karena hanya dengan bekerja mereka akan mendapat penghasilan. Karena itulah mereka memperjuangkan nasibnya dengan meminta perusahaan menjamin tunjangan hari tua atau pensiun, pesangon besar jika di PHK, asuransi kesehatan, selain status dan jenjang karir yang jelas. Tak heran jika mereka masuk menjadi anggota serikat pekerja agar perjuangan mereka lebih powerfull.
Menggantungkan hidup semata dari gaji menurut Kiyosaki adalah muncul dari kebodohan finansial. Ketidakmandirian keuangan ini tidak hanya dialami oleh tukang sapu atau pegawai rendahan, namun juga direktur atau pegawai eksekutif dengan jabatan tinggi. Dibutuhkan kecerdasan finansial untuk dapat mengelola chashflow dengan benar dan keluar dari rat race. Petunjuk awalnya adalah pribahasa jangan sampai besar pasak dari pada tiang. Jangan sampai besar pengeluaran dari pada pendapatan. Tapi prinsip ini saja tidak cukup. Perlu pengetahuan tentang berinvestasi atau berbisnis sehingga suatu saat aset yang dimiliki seseorang dapat menjadi pendapatan meskipun ia tidak lagi bekerja atau tidak lagi dapat bekerja. Ini yang disebut pasive income.

Anggapan salah kalau rumah dan mobil yang dimiliki adalah aset. Karena rumah dan mobil tidak menghasilkan uang tetapi justru mengeluarkan uang dari kantongnya. Cicilan kredit mobil dan KPR sesungguhnya hutang yang memaksanya bekerja keras seumur hidup untuk melunasinya. Mobil secara perhitungan investasi langsung turun harganya begitu ia bayar karena statusnya berubah menjadi second hand. Belum lagi ongkos perawatan dan pajak yang harus dikeluarkan. Semuanya mengeluarkan uang dari kantong, itu bukan investasi aset namanya tapi liabilitas. Liabilitas adalah kebalikan dari aset. Kalau aset mendatangkan uang, liabilitas membuat uang keluar dari kantong. Maunya mereka berinvestasi dengan membeli rumah dan mobil tapi kenyataan keduanya justru liabilitas yang akan menggerogoti kekayaannya.

Tipe Pemilik Bisnis dan Investor

Kekayaan sejati menurut Kiyosaki adalah seberapa lama ia dapat hidup layak dari kekayaannya jika saat ini ia tidak lagi dapat bekerja. Mereka yang benar-benar kaya adalah yang dapat hidup makmur tanpa bekerja lagi karena asetnya telah bekerja untuknya, bahkan kekayaan asetnya dapat menghidupi anak cucunya. Untuk itulah mereka bekerja bersungguh-sungguh dan sanggup mengambil resiko untuk membangun aset.

Pengertian aset adalah segala yang membuat uang mengalir ke kantong. Semakin besar aset maka semakin besar aliran uang ke kantong. Berbeda dengan mereka yang bekerja membarterkan waktu dan tenaga untuk uang, mereka yang cerdas secara finansial membarterkan waktu dan tenaga untuk membangun aset. Asetlah yang kemudian berkerja untuk menghasilkan uang baginya. Mereka bertipe Pemilik Usaha (Business Owner) atau bertipe Investor. Pola kerja yang dianut adalah sebagai berikut:

Kerja ---> Investasi/Aset ---> Pendapatan/Royalty ---> Kebebasan Finansial

Kerja dilakukan untuk meningkatkan investasi atau memiliki sistem bisnis. Butuh waktu dan strategi yang tepat untuk ini. Dari aset investasi atau sistem bisnis yang diciptakan mereka mendapatkan uang. Pendapatan akan terus bertambah jika aset bisnis atau investasinya terus bertambah. Karena investasi dan sistem bisnis ini dapat berjalan sendiri maka ini membuat suatu saat di masa depan ia tidak perlu lagi bekerja dan hidup dari hasil investasi dan sistem bisnis yang ia miliki. Ia mendapatkan kebebasan secara finansial.

Berbeda dengan self employee yang roda bisnisnya berhenti jika ia berhenti bekerja maka Busines Owner menggaji orang profesional untuk menjalankan bisnisnya. Ia tidak perlu bekerja karena sistem bisnisnya telah berjalan sendiri. Ia hanya bekerja saat awal sampai sistem bisnisnya terbentuk sempurna kemudian ia bisa tinggalkan sementara ia tetap mendapatkan pendapatan darinya. Sementara tipe investor membuat uang yang dimilikinya bekerja keras untuk dirinya. Uang yang dimilikinya diinvestasikan pada orang lain atau perusahaan orang lain yang berprospek sehingga ia mendapatkan penghasilan dari pembagian keuntungan usaha orang lain tersebut. Mereka tidak mau Kedua tipe ini memperoleh apa yang disebut pendapatan pasif atau Pasive Income.

Pasive Income

Janganlah buru-buru menganggap pasive income sebagai kecurangan atau perbutan dosa. Anggapan keliru ini sering terjadi seperti lontaran pertanyaan bagaimana mungkin mereka tidak bekerja tetapi mendapatkan penghasilan? Bagaimana mungkin seseorang mendapat penghasilan tinggi, jauh lebih tinggi dari pekerja yang bekerja keras untuknya?

Rahasianya adalah:
•Mereka menciptakan pekerjaan untuk orang banyak maka mereka dibayar lebih.
•Mereka menanggung resiko orang banyak dan karena itulah dibayar mahal.
•Mereka bisa sangat cepat kehilangan uang investasinya yang beratus juta, meskipun seringnya mereka justru menghasilkan uang beratus juta.
•Mereka berpengalaman untuk mengelola keuangan besar dengan rasional bukan emosional karenanya mereka mendapat untung besar.
•Mereka memecahkan problem keuangan yang besar sehingga mereka dibayar dengan dengan pendapatan yang besar pula.

Lantas tipe manakah anda saat ini? Employee, Self Employee, Busines Owner atau Investor? Benarkah anda aman dari permasalahan keuangan di masa yang akan datang? Dua pertanyaan ini cukup kiranya untuk membuat kita berfikir ulang dan segera bertindak agar tidak menyesal di kemudian hari.

Cincing: Adaptasi Rok dan Jubah di Assalaam



  

Cincing! Kejadian yang membuat terkejut dan memancing perhatianku. Ini bukan merujuk pada kejadian Ratu Bilkis yang cincing saat masuk pintu kerajaan nabi Sulaiman. Lantai yang ‘kinclong’ sepertinya berair membuat reflek Ratu Bilkis untuk menarik sedikit ujung gaunnya agar tidak basah, cincing. Tapi ini kejadian terjadi saat awal santriwati baru pertama kali diwajibkan pakai rok.

Bertahun-tahun santriwati sudah terlanjur biasa pakai celana. Pakai babydol. Saat keluar kamar, saat makan, saat olahraga, atau dibawa tidur. Model pakaian yang lebih bebas dan berkesan ceria. Tak ada peraturan mewajibkan pakai rok di luar jam pelajaran. Kewajiban pakai rok membuat kelincahan kaki sedikit terhalangi. Rasa ribet membuat mereka jadi reflek cincing.

Yang membuat kebijakan ini adalah Ust Muin. Mudir Ma’had yang berketetapan hati akan merubah image penampilan santri Assalaam. Khususnya santriwati dan Ustadzah wajib pakai rok atau berjubah dan dilarang pakai celana. Cermin paling jernih atas akhlak santri Assalaam adalah penampilannya. Penampilan santriwati harus anggun dan islami dengan rok dan jubah.

Tidak sedikit yang meragukan peraturan akan jalan. Alasan malu kalau pakai jubah karena dibilang seperti badut. Malu dibilang anak Ngruki. Nggak modis dan seperti kurungan ayam atau berbagai dalih pesimis lain. Dalih kosong yang kalau kita telaah hanya berlandas sikap hedonis. Apa-apa diukur dari enak atau tidak enaknya. Bukan benar-salah atau kemanfaatannya. Terpaan protes ini tidak menggemingkan para pengasuh.

Hasilnya Subhanallah. Saat keluar komplek pertama kali santriwati pakai jubah. Sungguh membanggakan. Santriwati yang berjubah itu seolah menunjukkan jati diri. Ini loh santri Assalaam. Yang berakhak Islami. Bermental teguh membela Islam dan simbol-simbolnya. Pakai jubah tapi tetap modis. Nggak tanggung menjalankan syariat menutup aurat.

Ada sedikit gagasan melintas dibenakku. Seandainya kebijakan itu diberlakukan bertahap. Santriwati kibar dulu, sedang santri sighor masih diperbolehkan. Bukankah santri kibar sudah gede dan memasuki usia dewasa. Patut kiranya berpenampilan lebih anggun. Lebih wanita. Pantas jika pakai rok atau berjubah lebar. Sedang santri sighor kan baru lulusan SD. Fisiknya juga masih kecil and mungil. Sifat keceriaan dan kelincahan masih melekat erat di setiap geraknya. Memberikan kewajiban pakai rok kok sepertinya membatasi mereka.

Sayangnya santri sighor lebih taat peraturan dari pada santri kibar. Jadi keberhasilan penerapan peraturannya kebalik. Santri sighor lebih dulu bisa diandalkan. Kalau aturan diterapkan berbeda mereka yang kibar pasti berdalih. Nggak adil, nggak toleran. Santri kibar paling bisa berdalih untuk tidak menjalankan aturan yang hanya akan membelenggu kebebasan mereka.
Semoga saja suatu saat nanti tidak perlu muncul rasa iri dari santri kibar kepada santri sighor. Tidak harus ada penyamaan peraturan yang kaku. Penerapan bisa luwes namun efektif.

Saat kemudian ada kunjungan pengasuh PP Al Mu’min Ngruki ke Assalaam. Dalam hati aku bersyukur, kami sekarang memang beda. Kepada Ust Muin kuhaturkan kalimat takzim: Jazakallah khoirul jaza’…

Sunday, July 24, 2005

Mendidik Remaja untuk Bertanggungjawab



  

Kita seringkali menemukan kejadian di mana orang cenderung ‘lari’ dari masalah. Alih-alih menyelesaikan masalah, mereka cenderung membiarkan masalah itu tergantung tanpa penyelesaian berarti. Mereka malah mencari kesibukan lain yang bisa mengalihkan ‘untuk sementara’ perhatian dan stress yang timbul dari masalah tersebut. Lalu menganggap masalah itu seperti tidak pernah ada.

Lebih parah lagi kini berkembang kasus lempar tanggung jawab. Ia sendiri penyebab masalah itu timbul tetapi menuding orang lain yang bersalah dan orang lainlah yang harus bertanggung jawab. Istilahnya pun sudah sering kita dengar: mengkambing hitamkan orang lain. Pada dunia kerja, kecenderungan mencari kambing hitam dalam setiap masalah yang muncul sering malah jadi solusi yang disukai ketimbang secara ksatria mengakui kesalahan dan mencoba membenahi kerusakan yang timbul. Kambing hitamnya bisa jatuh pada orang lain, rekan kerja, atasan, situasi atau pada sistem, tapi hampir tidak pernah mengakui bahwa diri pribadi ikut andil sehingga trouble bisa terjadi. Kalaupun ada kesalahan pribadi yang diakui pastilah disampaikan pula berjibun alasan apologetic pembenarannya. Banyak tetapi yang membungkusnya. Tetapi khan saya… Tetapi itu karena mereka… Tetapi … It's so hard to face the truth..

Kesalahan mendidik
Mungkinkah ada kesalahan dalam cara didik orang tua pada anak-anaknya? Adakah pendidikan bertanggung jawab atas peristiwa lempar-melempar tanggung jawab ini? Benarkah generasi kita kurang dididik untuk bertanggungjawab? Atau apakah mendidik remaja adalah perkara tersulit saat ini sehingga wajar jika banyak yang gagal?
Sikap orangtua yang cenderung melindungi anak karena kasih sayang, secara tidak disadari justru membunuh sense of responsibility pada anak. Kalau anak itu masih bayi memang perlu perlindungan ekstra. Tapi apakah perlindungan ini akan diteruskan sampai anak menjelang remaja? Perlukah dilindungi sampai dewasa? Jika anak terlalu dilindingi maka anak akan selalu merasa benar, aman dan terlindungi, bersalah namun termaafkan dan kesalahan akan dilupakan. Gaya hidup serba enak, nyaman dan berkecukupan juga makin mengurangi daya juang dan ketegaran anak. Jadilah yang muncul adalah generasi yang lembek dalam menghadapi kesulitan, sementara justru keras hati dalam menuntut semua harus sesuai dengan apa yang ia inginkan. Generasi instan yang cenderung enggan bersusah payah dan mudah mengeluh. Tuntutan mereka selalu bersifat right here right now. Generasi instan MTV.

Perubahan jaman yang demikian pesat dan maju membuat cara mendidik bergeser. Dulu fasilitas tidak semudah sekarang. Untuk bermain perang-perangan misalnya, anak-anak remaja harus membuat senapan dari batang pohon pisang. Sekarang kalau si Buyung pengin main perang-perangan, dia tinggal minta dibelikan senapan M16 mainan yang ada lampu kelap-kelip dan mengeluarkan suara persis tembakan atau merengek minta dibeliin videogame perang Starwars. Tidak ada usaha dan susah payah untuk ‘membuat senapan’ yang bisa digunakan untuk bermain. Tak ada interaksi individu dengan lingkungan sosial untuk bermain bersama. Akhirnya, kreativitas untuk mencipta jadi berkurang dan individualisme tertanam.

Semua ada ganjarannya
Mendidik remaja untuk bertanggungjawab jaman sekarang sangatlah susah. Apalagi saat mulai menginjak usia remaja yang punya energi meluap-luap tapi kontrol diri sangat lemah. Diperlukan keteguhan hati, kudu tega dan sedini mungkin menggunakan prinsip pendidikan yang benar.

Misalnya, dengan menyuruh para remaja itu untuk menabung sendiri uang jajan mereka jika mereka ingin punya mainan yang diingininya. Dari sini mereka dididik untuk berjuang dahulu sebelum mendapatkan hasil. Dididik bahwa butuh kerja keras untuk meraih keinginan, ada proses yang harus dilalui. Tentunya kita harus mendukungnya dengan mengingatkan akan pentingnya menabung dan memberikan penghargaan jika ternyata hasil tabungan ternyata benar-benar dimanfaatkan dengan baik.

Kalau mereka memecahkan gelas atau merusakkan barang elektronik, harus ada punishment dengan memotong uang jajan selama beberapa waktu, sebagai denda atas kerusakan yang ditimbulkannya. Dari situ remaja dididik untuk bertanggungjawab akibat kesalahannya. Nilai rupiah kerusakannya mungkin tidak berarti bagi kita sebagai orangtua, tapi makna didikan untuk bertanggungjawab mengganti kerusakan amatlah penting bagi remaja. Mereka yang bersalah dan mengakui kesalahan serta menjalani hukuman haruslah dihargai. Tidak boleh lagi mereka ditimpakan penghinaan atau hukuman tambahan yang ia bukan penyebabnya. Tak ada dendam, no heart feeling.

Orangtua juga perlu memberi contoh dengan mengakui kesalahan jika berbuat salah. Sayangnya masih banyak yang beranggapan bahwa meminta maaf kepada anak kecil itu dapat menurunkan gengsi dan pamor orang dewasa. Secara tidak sadar ini sama dengan menanamkan kelicikan dan sikap sok kuasa. Betapa banyak sinetron saat ini dapat ditonton di TV yang menggambarkan gensinya minta maaf dan mudahnya menimpakan kesalahan pada orang lain.

Keimanan sebagai landasan
Kesalahan itu adalah sisi yang manusiawi dari siapapun. Yang lebih utama bukan bagaimana kesalahan tidak terlihat tetapi bagaimana ia tidak terus dalam kesalahan. Menyesali diri dan mau memperbaiki diri, bertanggungjawab atas kerusakan dan menutup kesalahan yang ia perbuat dengan perbuatan yang lebih baik. Inilah realisasi dari taubatan nashuha yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Sungguh citra atau gengsi manusia sebaik apapun di jaga dimata manusia jika ia tidak merupakan citra di mata Allah maka percuma saja. Perbuatan baik yang ditonjol-tonjolkan dan perbuatan salah yang ditutup tutupi itu tidak bisa disembunyikan dari pengawasan Allah yang Maha Melihat. Sifat riya kepada manusia tidak berganjar kecuali neraka. Dan keimanan yang kuat bahwa Allah Maha Melihat lebih dari cukup untuk menahan kita dari lari dari tanggungjawab. (Ars)

Tuesday, May 31, 2005

Negasi Sumbangsih Peradaban Muslim

Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia

Menjalankan syariat Islam harus dilandasi dengan ilmu atasnya, ‘La diinan liman la aqla lahu’. Tanpa pengetahuan maka amal ibadah menjadi sekedar taklid buta, tidak tahu benar atau salahnya. Pentingnya ilmu menjadi sentral dalam ajaran Islam. Dalam Islam, pengetahuan harus didapat dengan kesederhanan dan kerendahan hati. Karena semua ilmu milik Allah semata maka pencarian ilmu harus merupakan upaya untuk menambah ketundukan kepada sang Pencipta bukan malah menjadi kesombongan.

Sikap genuin kerendahan hati inilah yang juga mendasari bangunan peradaban umat Islam. Sebagian besar prinsip Islam dirancang untuk menghacurkan monopoli dan menumbangkan kekuasaan otoriter dan membentuk kesetaraan dan persaudaraan. Penggerak penyebaran peradaban Islam bukan faktor penguasaan wilayah, pemaksaan, perampokan atau monopoli serta keotoriteran. Penyebaran Islam dan prinsip-prinsipnya yang agung menjadi hanyalah soal waktu.
Pada masa Umar bin Khottob kaum muslim sudah menyebarkan Islam dari Libya sampai Afganistan dan dari Armenia sampai Sind dan Gujarat (Pakistan/India). Masa Utsman bin Affan, Islam meluas sampai Spayol dan China. Abad keemasan peradaban muslim dimulai dengan bangkitnya dinasti Abbasiah pada tahun 750 M. Lima abad kekhalifahan Abbasiah melahirkan para jenius Islam.

Penekanan Al Qur’an pada keutamaan mencari ilmu pengetahuan menjadi pendorong dan kekuatan utama masyarakat muslim membangun peradabannya. Pada abad itu sekitar 500 disiplin ilmu pengetahuan telah dipelajari dengan intensif. Menyerap pengetahuan dari peradaban lain seperti peradaban Mesir kuno, Babilonia, Yunani, India, China, dan Persia dengan menterjemahkan naskah-naskah dari peradaban lama tersebut ke dalam bahasa arab.

Kemudian dimulailah kerja panjang penyaringan, analisis, penyerapan, kritik, diskusi dan debat dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Pengembangan ini menemukan momentum lewat ditemukannya media buku pada akhir abad ke-9, setelah kaum muslim mendapatkan cara membuat kertas dari orang China. Saat mesin cetak belum ditemukan Guttenberg peradaban muslim membangun industri pengetahuan dengan memunculkan profesi warraq. Warraq adalah mesin fotocopy berwujud manusia yang mampu menyalin lembaran buku dengan cepat dan akurat. Peran waraq ini sangat besar dalam melancarkan lalu lintas ilmu pengetahuan dan memunculkan para kolektor buku. Para ilmuan yang sekaligus biasa mengkoleksi buku ini kemudian membuat indek materi buku dan menyusun buku-buku agar mudah dicari dan dipelajari. Pemerintah menyediakan anggaran yang cukup untuk membangun perpustakaan besar yang berisi ribuan naskah untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Klasifikasi materi buku-buku di perpustakaan besar memunculkan berbagai karya refferensi dan karya bibliografi. Karya ensiklopedi pertama adalah buatan Ikhwan Ash shafa tahun 983 M tetapi Marshal Cavendish-lah 800 tahun kemudian yang dianggap sebagai penemu ensiklopedia hanya karena ia bangsa barat dan menyusunnya dalam bahasa Inggris. Ilmu pengetahuan yang maju, peradaban yang tinggi dan perpustakaan besar dengan beribu-ribu buku telah menarik begitu banyak ilmuan dari seluruh penjuru dunia tak terkecuali ilmuan Barat yang sengaja belajar ke pusat-pusat peradaban Islam tersebut. Pada gilirannya para ilmuan Barat yang pulang kembali ke negrinya menjadi sebab munculnya renaisance di Barat.

Peradaban Muslim sebagai Pemicu Renaisance Barat
Renaisace Barat dipicu pertama kali dengan kemunculan teori helio sentris (teori matahari sebagai pusat tatasurya) oleh Galileo menumbangkan pendapat umum geosentris (bumi sebagai tatasurya). Sungguhpun patut diduga Galileo sebenarnya hanyalah mengambil pengetahuan dari ilmuan Muslim seperti Al Battani yang telah menyimpulkan gerak rotasi bumi yang menimbulkan efek gerak semu harian matahari. Atau lima ratus tahun sebelum Galileo menyimpulkan teorinya, Al Biruni dengan teropongnya bahkan sudah mampu membuktikan orbit planet-planet yang mengelilingi matahari bersesuaian dengan gerak rotasinya. Ide helio sentris ini di Barat telah memaksa pandangan gereja yang menyatakan bumi sebagai tatasurya (Geosentris) harus ditinjau ulang. Reaksi pihak gereja yang menghukum Galileo dengan memaksanya minum racun justru menimbulkan simpati pada para ilmuan dan otoritas gereja sebagai sumber kebenaran saat itu menuai badai gugatan. Sejak saat itulah reanaisance bergulir di luar kendali gereja.

Bahwa bangsa Barat yang kristen berhutang sangat besar pada peradaban Muslim adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, namun banyak usaha untuk menyingkirkan, menghapus, melupakan dan menegasikan pengaruhnya dilakukan secara sistematis oleh pihak Barat. Berikut berbagai capaian peradaban tinggi ilmuan muslim dan upaya Barat menegasikan pengaruh ilmuan muslim pada khususnya dan pengaruh peradaban Muslim pada umumnya sehingga tidak lagi tampak dan dihargai sumbangsihnya.

Negasi Pengaruh Ilmuan Muslim oleh Barat

Lembaga universitas atau jam’iyah dan jabatan profesional dalam ilmu adalah temuan muslim. Pengangkatan atau wisuda seorang murid yang telah menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian telah menjadi tradisi sejak didirikan universitas tertua di dunia Al Azhar di Kairo yang menandakan sang murid sudah berhak untuk menjadi muallim (pengajar). Sampai sekarang tradisi mengenakan baju toga saat diwisuda sesungguhnya memang merupakan pakaian khas para muallim Islam zaman dulu. Namun sekarang ilmuan Muslim dianggap ilmuan kelas dua karena diragukan tingkat objektifitas keilmuannya, diragukan keilmiahannya hanya karena masih menganut Islam dengan Al Qur’an sebagai kitab rujukannya.

Methode ilmiah adalah sumbangan peradaban Islam terbesar pada pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam laporan laboratorium Al Battani (w.929M), Al Biruni (w.1048M) dan Ibnu Haitsam (w.1039M), kita bisa jumpai penjelasan dan penggunaan methode tersebut. Tapi yang dianggap penemu methode ilmiah adalah Roger Bacon karena ia mensekulerkan ilmu pengetahuan dengan methode ilmiah tersebut.
Di bidang matematika, Al Khwarizmi (w.850) menemukan algoritma (diambil dari namanya) dan aljabar (dari judul bukunya Kitab Al Jabr wa Al Muqobbala), 300 tahun kemudian dunia Barat mengenal angka nol dan mengadopsi angka arab dan meninggalkan sistem angka romawi yang rumit. Sunguhpun kini aljabar dan algoritma wajib diajarkan, tak ada sejarah yang diajarkan di kelas sekedar menuliskan nama Al Khwarizmi sebagai penghormatan.

Di bidang karya sastra, dongeng Alf laila wa lailah (kisah seribu satu malam) sebenarnya bukan mahakarya sastra, meskipun diakui sebagai karya seni dengan kreatifitas isinya yang tinggi, tetapi salah satu tokohnya Abu Nawas (w.810) lebih terkenal karena anekdot dan kelucuannya dari pada filsafat dan kearifannya. Ibnu Thufail (w.1185) adalah pengarang novel-novel filsafat yang paling dini. Karyanya Risalah Hayy Ibnu Yaqzan (Kehidupan Ibnu Yaqzan) banyak dijiplak dan cerita Robinson Crusoe karya Dafoe adalah adalah tiruan rasis darinya. Tentu saja Dafoe yang lebih terkenal di dunia sastra Barat.

Model orbit planet Copernicus yang kemudian dirumuskan dengan baik oleh Kelpler dalam Hukum Kepler I, II dan III sejatinya telah dihasilkan dari laboratorium di Maraga oleh ilmuan seperti Al Tusi (w.1274 M) yang kemudian diteruskan oleh Ibnu Asy Syatir (w.1375 M) di Damaskus.

Ibnu Al Haytsam (w.1039 M) mempelopori penelitian tentang optika. Eksperimennya menggunakan lebih dari 27 jenis lensa. Roger Bacon, Leonardo da Vinci dan Kepler bahkan mungkin Newton telah mengambil inspirasi bahkan menjiplak dari bukunya Kitab Al Manazhir (Kamus Optik). Sebab teori tentang mata yang bukan sumber cahaya (mirip kesimpulan Newton yang menggugurkan pendapat Euclid dan Ptolomy), hukum refleksi dan refraksi (yang lebih terkenal dengan hukum Snellius) serta pertambahan ukuran bintang dekat zenith sesungguhnya telah dirumuskan dengan baik oleh Ibnu Al Haytsam lewat berbagai eksperimennya.

Belum lagi ilmu kedokteran. Dunia patut berterimakasih pada Ibnu Sina (lidah bangsa Barat menyebutnya dengan Ave Sena) yang telah menulis Kitab Qanun fi At Tibb yang berisi berbagai jenis penyakit dan pegobatannya secara komprehensif. Buku tersebut menjadi acuan selama beberapa abad kemudian dan diajarkan kepada seluruh calon-calon dokter pada saat itu. Sampai akhir abad ke-19 tingginya ilmu pengetahuan kedokteran sumbangsih para dokter muslim terlihat saat para calon dokter di Prancis harus mendapatkan surat izin praktek dari Kepala Dokter Muslim di Tunisia. Tapi kemudian pemerintah kolonial Prancis melarang keras tindakan tersebut. Eropa berusaha menghapuskannya dengan alasan mengangapnya rendah hanya karena dokter mereka harus merunduk ke Tunisia yang Islam.

Hancurnya Pusat Peradaban Muslim di Baghdad dan Granada
Kota Baghdad sebagai pusat peradaban Islam di timur menjelang keruntuhannya merupakan pusat ilmu pengetahuan dan teknologi. Sayangnya banyak pejabat pemerintahan yang nepotis, korup dan tidak lagi mempunyai kedisiplinan yang tinggi serta digerogoti intrik politik perebutan kekuasaan telah melemahkan sendi-sendi kekuatan pemerintahan. Pasukan muslim yang terus menyebar ke berbagai penjuru dunia justru melemah di pusat pemerintahan.

Pada tahun 1258 M kelemahan ini terbaca oleh pemimpin pasukan suku barbar dari Mongol Hulaghu Khan cucu keturunan Kubilay Khan yang ahli menggendarai kuda. Dengan strategi menyerang dengan cepat dan ganas menggunakan pasukan berkuda langsung menuju pusat kota dan menghancurkan apa saja yang di temui, Hulaghu berhasil menaklukkan pemerintahan Baghdad yang memang sudah keropos. Konon sejarah menuliskan bagaimana darah pembantaian membasahi sepanjang jalan-jalan kota Baghdad. Juga bagaimana gedung perbendaharaan dijarah lalu dibakar tak terkecuali ribuan buku-buku perpustakaan yang terkumpul berabad-abad dibakar dan dibuang di sungai di kota Baghdad sehingga airnya berubah menjadi hitam karena tercemar tinta selama berhari-hari. Selanjutnya kehancuran kota Baghdad sebagai pusat peradaban menjadi awal sejarah kelam kemunduran peradaban Islam. (Dan sejarah kelam ini berulang saat pendudukan pasukan Amerika dan sekutunya di Baghdad saat ini?).

Kerajaan Muslim di Eropa pada masa kejayaannya juga mempunyai permasalahan yang sama. Kemakmuran yang melimpah membuat gaya hidup bermewah-mewahan para penguasanya. Pasukan Muslim kehilangan kekuatannya karena intrik politik dan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan. Tahun 1492 M pusat kekhalifahan Muslim di Eropa yang dipimpin oleh Boadbil pangeran Moor dari Granada di Spanyol kalah dalam perang salib dan berlutut dihadapan pemimpin pasukan salib King Ferdinand. Saat itu ribuan umat Islam dibantai (ethnic cleansing) oleh pasukan salibis dan diusir dengan perlakuan lebih kejam dari pada yang diterima Yahudi. Kejayaan kerajaan Muslim 800 tahun di Eropa dimusnahkan sampai tidak tersisa sama sekali kecuali tinggal bekas-bekas dan kisahnya saja. Dan umat Islam di Eropa khususnya di Spayol kini tinggal minoritas yang tidak lagi berpengaruh.

Strategi Kolonialisasi dan Imperialisasi Barat

Untuk menaklukkan negri lain Barat tidak hanya membutuhkan kekuatan senjata dan jumlah pasukan yang banyak. Untuk itu dikobarkanlah Perang Salib atau Crusade untuk menjadi alasan suci mereka menyerang dan menghancurkan negri-negri musuh yang Islam agar mereka dapat menyebarkan injil keseluruh penjuru dunia. Diperlukan pula alasan yang dapat membenarkan untuk menjajah dan dengan berdalih bahwa Barat memiliki peradaban maju dan Timur adalah bangsa biadab maka Prancis, Inggris dan Belanda sukses menanamkan kekuasaannya dengan menyebarkan mental inferioritas jajahan dan superioritas penjajah. Strategi penjajah dengan memecah-belah wilayah dengan adu domba kemudian dikuasai sedikit demi sedikit diterapkan di Mesir, India sampai di Indonesia. Strategi militer mereka menghalalkan segala cara dan penuh kelicikan serta penciptaan ketakutan dengan menyebar teror kekejaman kepada negri penentang.

Fourier menuliskan ekspedisi Napoleon yang memimpin pasukan Prancis sebagai berikut: ‘Orang teringat akan kesan yang timbul di seluruh Eropa oleh berita yang mencengangkan bahwa Prancis telah menginjakkan kaki di Timur… Proyek raksasa ini direncanakan dengan diam-diam dan dipersiapkan dengan kegiatan dan kerahasiaan yang sedemikian rupa sehingga kewaspadaan musuh kita terkecoh… Negri (Mesir) yang telah memindahkan ilmu pengetahuannya kepada begitu banyak bangsa lain ini sekarang telah tenggelam (hancur) dalam kebiadaban…’

Arogansi dan Hipokrasi Barat

Sebagai bangsa yang cepat perkembangan industrinya karena ditopang imperialisme yang merampok bahan baku dari negri jajahan, bangsa Barat memandang Timur (Islam) dengan sebelah mata. Sikap arogan ini menjadi wajar mengingat masa sebelumnya mereka bangsa tertinggal dan kemudian bangkit dan berhadapan dengan peradaban lama dengan semangat kedengkian. Dengan semangat inilah maka banyak ‘pencuri peradaban’ tiba-tiba mengaku sebagai penciptanya. Sikap hipokrit ini termasuk di dalamnya dengan penjiplakan karya ilmuan muslim secara diam-diam kemudian mengakuinya sebagai karya sendiri. Mereka lebih suka berpura-pura berpaling ke Yunani sebagai sumber peradaban mereka sambil berdalih untuk mengingkari pengaruh peradaban Islam. Mereka lebih menghargai pendapat Aristoteles atau Plato misalnya dari pada Ibnu Rursd (yang dibaca Ave Rose oleh lidah Barat) yang mampu membantah pandangan filosofisnya.

Mereka menyanjung Markopolo sebagai penjelajah dunia Timur meskipun banyak jalan yang dilalui Markopolo telah dirintis oleh Sinbad sang pelaut Muslim zaman Abbasiah. Dan penjelajahan laut dengan kapal seperti yang dilakukan Markolopo tak akan terjadi tanpa menggunakan astrolab planisferis temuan Al Fazari (w.790 M) yang dapat menentukan lokasi dengan tepat lewat kedudukan rasi bintang sebagai penunjuk jalan.

Bungkusan Orentalisme

Oreintalisme diciptakan awalnya untuk mempelajari dunia timur oleh pendeta-pendeta Barat. Tentu dengan presepsi negatif karena Islam dipandang sebagai musuh mereka, terutama musuh agama mereka. Pada kenyataannya orientalisme secara sepihak mendefinisikan segala hal dari Timur (Oriental) dengan cara Barat agar Barat dapat mempelajarinya dan akhirnya dapat menguasainya. Menurut Edward Said dalam bukunya The Orientalism, bahwa pada dasarnya orientalisme merupakan satu doktrin politis yag ditetapkan terhadap Timur karena (saat itu) Timur lebih lemah dari pada Barat.

Dengan berdalih objektifitas maka Barat dengan leluasa memberikan penafsiran bebas nilai, bebas maksud (bahkan hanya berdasarkan sentimen yang ngawur) dengan tidak menganggap Timur sebagai subyek yang punya suara dan pendapat terhadap diri sendiri. Sering dengan penyederhanaan yang gegabah dan terminologi yang di paksakan, Barat telah memandang Timur dengan salah dan dengan sangat merendahkan penuh fitnah. Seribu satu cara digunakan untuk mendiskreditkan Islam dan umatnya. Diperkirakan sekitar 60 ribu buku tentang Timur telah ditulis antara tahun 1800 sampai dengan 1950 yang dapat menjustifikasi betapa Barat berusaha menguasai seluk beluk Timur yang benar dan salahnya menurut kacamata mereka sendiri.

Dewasa ini orientalisme berkembang sedemikian rupa hingga diterbitkannya buku dari model mengolok nabi Muhammad SAW dengan fitnah seperti Satanic Versesnya Salman Rushdie yang jika ditilik pada sejarah, karya ini mirip Book of Daniel karangan Paul Alvarus (w.859 M), ataupun sikap kecurigaan dan kehawatiran model Islamic Invasion atau The Clash of Civilization karya Samuel P Huttington dan yang terbaru kritikan pedas model Islam Unveiled atau Islam ditelanjangi karya Robert Spencer.

Demikian banyak upaya Barat dari dulu sampai sekarang berusaha menghapuskan kecemerlangan Islam. Namun demikian mereka tidak akan pernah benar-benar bisa memadamkan api itu dan suatu saat nanti api kecemerlangan itu akan timbul kembali bersama dengan kebangkitan umat Islam yang kita tunggu-tunggu.(Ars)

Refferensi:
·Edward Said; The Orientalism, Pustaka, 1996
·Mahdi Gulsyani; Filsafat Sain Menurut Al Qur’an, Mizan, 1998
·Robert Spencer; Islam Ditelanjangi, Paramadina, 2002
·Ziauddin Sardar; Mengenal Islam for Beginner, Mizan, 1998

Saturday, May 28, 2005

Perencanaan Masa Depan

Catatan kecil meramaikan Raker Assalaam

Seandainya aku punya mesin waktu, yakinlah mesin itu akan sangat sering kupakai. Walau ini pasti hanya khayalan, akibat sering nonton film fiksi ilmiah. Tontonan seperti Time travel, Time journey atau Back to the Future. Atau karena aku menikmati kartun khayalan tentang Doraemon kucing masa depan yang bisa mendatangkan alat-alat cangih dari masa depan. Betapa asyiknya jika aku bisa berkelana ke masa depan kemudian kembali kemasa kini untuk bersiap-siap menghadapinya dengan pegetahuan penuh kepastian. Atau seandainya mesin waktu itu dapat menghantarkanku pada masa lalu pastilah banyak perubahan atau koreksi yang aku lakukan agar keadaanku masa kini jauh lebih baik. Tapi pastinya tidak kugunakan mesin waktu itu untuk main taruhan yang pasti dapat kumenangkan dengan sempurna seperti tokoh Dave di serial TV Tomorrow’s Newspaper.

Sebegitu pentingnya masa depan maka orang berusaha memprediksinya setepat mungkin. Istilah-istilah prediction, planning, scenario, foresight, forecasting, foregoing, preparation, estimation, forethought, feedforward, preemtive, antisipatory dan segebok istilah lain dipakai di dunia perencanaan untuk menguak dan meneropong keadaan masa depan setepat mungkin sehingga kita bisa mengantisipasi dengan merencanakan program kerja kedepan sebaik mungkin. Pemerintah Indonesia pun punya Mentri Perencaaan Pembangunan Nasional / Ketua Bappenas dan ada Bappeda di daerah yang merupakan lembaga resmi urusan perencanaan ke depan. Program forecast milik George Sorosh yang katanya bisa memprediksi pergerakan saham dan perdagangan mata uang asing menjadi momok menakutkan bagi pemerintah Indonesia yang bingung memperediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berubah-ubah sesuai prediksi atau kemauan Sorosh, si milyuner yahudi spekulan valas.

Masa depan tidak pernah pasti karena akan selalu ada perubahan, yang pasti hanyalah perubahan itu sendiri. Kata orang yang pesimis tapi banyak yang setuju atau terpaksa setuju adalah: Kita sampai pada satu tahap dimana kita hanya bisa pasrah menghadapi masa depan tanpa kepastian sambil tutup mata (berdo’a) dan berharap prediksi kita benar dan efek jougernout tidak membenturkan kita ke tembok kehancuran karena kita kurang persiapan sebab gagal melihat tanda-tanda jaman. Orang lantas lari ke dukun, orang pintar atau tukang ramal. Horoskop ramalan bintang, ramalan kartu Toret, ramalan garis tangan, fengsui dan ramalan jodoh jadi komsumsi orang yang haus kepastian tapi keblinger. Bahkan program komputer ramalan nasib pun banyak digemari seolah ramalan dari komputer yang canggih itu pasti benar adanya. Sungguh mereka tersesat sesesat-sesatnya.

Ingatanku meloncat pada kenyataan bahwa dulu aku sering diajari berbagai hal yang sama sekali tak berguna bagi masa depanku. Aku juga ingat dulu pelajaran sejarah pernah digugat karena guru sejarah kita hanya mengajarkan pengetahuan yang sudah basi. Pengetahuan tentang orang-orang atau organisasi yang sudah mati, beku ditelan masa lampau. Pengetahuan atau ilmu yang diajarkan tidak ada gunanya dan malah harus segera dilupakan kalau ingin bisa maju kedepan. Bahkan ada pengetahuan yang salah, menipu dan penuh rekayasa yang jauh dari fakta kebenaran diajarkan dan dijejalkan ke otak, sehingga kebenaran beraras kejujuran justru jadi tertawaan dan kedholiman harus dimaafkan (dibiarkan) atau malah dipuja. Sungguh ‘mulia’ guru yang mengajarkan sejarah seperti itu untukku. Dan kuucapkan selamat tinggal kepada SNI, PSPB, PMP, PPKN dan P4!

Aku hanya ingin mengajak semua orang untuk mengambil hikmah bahwa ketika mengendarai mobil, maka spion adalah perlengkapan mobil yang penting dan seharusnya ada. Tapi kita tidak bisa melihat terus menerus ke spion untuk melihat kebelakang saat mengendarai mobil. Bukan tambah baik jalannya, bisa-bisa malah kecemplung got. Lihatlah masa depan, look to the future! Futurolog John Naisbit sedikit memberi inspirasi kepadaku bahwa sungguh penting belajar tentang keadaan masa depan (dari pada hanya belajar sejarah masa lampau). Sebab jika kita mengetahui masa depan kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya sejak kini sehingga kita tidak akan kesulitan memasuki masa depan itu.

Strategi yang dipakai sebelum melakukan perencanaan yang baik adalah menggunakan analisa SWOT untuk mengenali diri. Analisa SWOT mengharuskan adanya kejujuran dan kevalidan survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan), serta kejelian survei eksternal atas opportunities (peluang/kesempatan) dan threats (ancaman). Pengenalan potensi diri dan posisi diri baik eksternal dan internal yang jujur dan valid adalah suatu prasyarat sebelum memasuki dunia perencanaan dan pengembangan.

Dalam wacana ini aku setuju pendapat Hermawan Kertajaya yang mengganti filosofi analisa SWOT menjadi TOWS. Bukan karena sekedar membolak-balik urutan huruf SWOT menjadi TOWS. Urutan TOWS lebih menekankan bahwa mengetahui arena tempat berlaga (threats – opportunities) yang seringkali susah diprediksi (apalagi dipengaruhi) jauh lebih penting untuk diprioritaskan dari pada mengetahui strengths-weakness yang sering menjebak orang takabur dan tidak mau berubah.

Hermawan juga menawarkan ide bahwa perencanaan jaman sekarang ini sering harus berupa banyak skenario. Jika begini-begini maka kita bisa begitu-begitu. Tetapi jika ternyata begitu-begitu yang terjadi maka kita harus begini-begini buka begono-begono. Kita siapkan Plan B jika Plan A gagal. Atau jika asumsi-asumsi yang berkembang ternyata lebih menguntungan rencana alternatif yang dipilih mengapa kita harus mempertahankan rencana semula. Masalanya untuk merencanakan satu rencana yang oke saja sulit, tentu lebih sulit lagi membuat banyak rencana, belum lagi kesulitan menjalankannya. Ada beberapa prasyarat mutlak diperlukan khususnya bagi organisasi yang ingin sukses dengan banyak rencana yaitu pertama, harus ada kesamaan visi di antara seluruh stake horder. Ini akan menjamin kekompakan teamwork dalam memaksimalkan seluruh potensi anggota team saat banyak perubahan harus dilakukan. Kedua, harus ada nilai-nilai dasar yang kokoh menjadi pijakan bersama yang tidak berubah. Ini untuk menjamin kontinuitas kerja berbasis keunggulan corporate character karena akan banyak perubahan di sisi lain. Ketiga, harus mempunyai budaya belajar yang tangguh untuk dapat cepat berubah menyesuaikan tuntutan perubahan kondisi, job disc maupun posisi.

Bersicepat adalah kompetisi real masa kini. Gara-gara adanya regulasi baru dari FIA dan cepatnya para konstruktor F1 bereaksi, jet darat Ferrari yang di tunggangi Schumy tahun ini kalah sepersekian detik dari musuh-musuhnya tiap kali penentuan pool position. Lambat sepersekian detik bagi Schumy bisa berarti ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada gelar juara yang pernah 5 kali digenggamnya. Akumulasi dari keterlambatan sepersekian detik itu menjadi berdetik-detik saat berpacu dalam berpuluh lap panjang di sirkuit lomba. Dan jika dikonversi jarak itu berarti tertinggal berpuluh meter dibelakang mobil lain.

"Maka bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya hari esok, kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti, kita harus berbuat dan terus melangkah, karena kita tidak mengenal kata berhenti dalam jihad suci ini." Sebuah nasehat bijak dari Asy Syahid Hasan Al Banna sengaja aku ambil untuk menutup catatanku kali ini. Semoga bermanfaat. (Aris H)

Sunday, May 15, 2005

NASEHAT AYAHANDA MEMPELAI PUTRI



  

Anakku yang saya cintai, sebentar lagi anakku akan saya nikahkan atas dasar permintaanmu sendiri dengan seorang laki-laki yang juga pilihanmu sendiri dan saat ini sudah berada dihadapanmu. Ini berarti anakku sudah siap melepas atribut bujangmu untuk menjadi seorang istri, sudah sanggup menjadi ibu dalam arti yang sebenar-benarnya. Karena dengan menjadi istri maka anakku tentunya kamu sudah siap mentaati perintah suamimu, selama perintah itu baik dan sesuai dengan ajaran Allah.

Adanya ketaatan seorang istri kepada suami, merupakan salah satu faktor penunjang kebahagiaan keluarga. Oleh karena itu jadilah istri yang baik. Istri yang sanggup mentaati perintah suaminya, istri yang senantiasa menarik/menyenangkan suaminya, dan istri yang sanggup menjaga harta dan kehormatan diri serta keluarganya. Kalau ketiga-tiganya ini sanggup anakku penuhi, Insya Allah anakku akan menjadi wanita yang baik menurut pandangan Allah SWT dan baik pula menurut pandangan manusia.

Dan kemudian kepada ananda calon menantu, sebentar lagi ananda akan menyatakan Qobul, yaitu pernyataan menerima atas pernikahan dari calon istrimu. Ini berarti mengandung pengertian bahwa ananda mulai saat akad nikah ini, sanggup melepas atribut bujangnya dan menerima anakku secara utuh sebagai istrimu lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Karena memang calon istrimu adalah seorang manusia biasa. Kalau ternyata istrimu terdapat kelebihan yang menonjol, ananda Aris Hanafiyah berkewajiban mempertahankan dan bahkan meningkatkannya. Sebaliknya apabila istrimu terdapat segudang kekurangan, itulah kewajiban ananda untuk mengingatkan dan menyempurnakannya. Menurut As-Syahid Hasan Al-Banna : Prinsip hidup berkeluarga adalah saling menyempurnakan, saling mengasihi, dan saling membesarkan hati untuk menanggung beban. Maka jadilah ananda Aris, suami dan pemimpin keluarga yang baik. Suami yang dapat mengajak pada kebaikan, senantiasa bertanggungjawab dan penuh kasih sayang serta perlindungan terhadap istrinya dan memberikan hak-hak kepada istrinya sesuai dengan kadarnya.

Detik-detik bersejarah bagi kalian berdua, seluruh yang hadir ini menjadi saksi hidup dan mengharapkan, jadikanlah pernikahan kalian sebagai suatu peristiwa sakral ikatan lahir dan batin. Sebab sudah banyak kegagalan dalam membangun rumah tangga yang disebabkan ikatannya hanya ikatan lahir saja tanpa dibarengi ikatan batin. Sebaliknya apabila pernikahan ini bertujuan sebagai salah satu sarana untuk makin taat dan meraih ridlo Allah disertai dengan ketulusan dan keikhlasan maka insya Allah kalian akan diberikan oleh Allah kebahagiaan dunia dan akherat. Amiin Yaa Robbal’alamin.


(Kenangan manis, 6 Okt 2003 dari :
almarhum Ayahanda RM.Djoko Witjaksono MKB. Semoga Allah memberi tempat yang terbaik untuk Ayah kami. Amin)

Thursday, May 12, 2005

Sekolah Saja Tak Pernah Cukup

Andreas Harefa : " ..., apakah ruginya negeri ini jika semua sekolah dan universitas, sebagaimana yang kita kenal selama ini, dibubarkan saja..."

Di antara beberapa buku karangan Andrias Harefa, sepertinya judul buku inilah yang paling menantang dunia pendidikan alias dunia persekolahan. Meskipun tidak sepedas kritik Sekolah itu Candu milik Piliang, atau Orang Miskin Dilarang Sekolah karangan Eko Prasetyo, dalam buku ini pengarang mencoba mengajukan argumentasi mengapa sekolah ada, adanya ‘misi terselubung’ sekolah dan akhirnya mengapa lembaga persekolahan sebagaimana yang kita kenal selama ini perlu dipertimbangkan untuk dibubarkan.

Buku ‘Sekolah Saja Tak Pernah Cukup’ semakin tajam menegaskan pendapat Andrias yang disampaikan dalam buku sebelumnya ‘Mutiara Pembelajar’ bahwa proses belajar tidak cuma berlaku saat proses mengajarnya guru di sekolah. Ada banyak hal lain yang wajib dipelajari dan itu tidak dapat atau tidak pernah diajarkan di sekolah. Ia memang mengaku peminat konsep-konsep baru pendidikan seperti unschooling, deschooling, homeschooling, individual learning, team learning, corporat learning dan community-base learning.

Di awal bab buku ini langsung dibuka dengan naskah teks asli dari Lawrence Ellison CEO dari perusahaan raksasa komputer ORACLE, orang terkaya kedua sedunia, saat menyampaikan pidato wisuda di Yale University. Ia menyampaikan kalau mereka yang diwisuda kali ini adalah calon pecundang. Calon pegawai tetapi bukan calon pemimpin bisnis masa depan. Mereka yang masih kuliah keluar saja...

Kemudian mengalir kritikan tajam yang disampaikan Robert Kiyosaki yang pernah mengarang ‘If You want to be rich and Happy... Don't go to school’ yang kemudian menerbitkan beberapa buku serial ’Rich Dad Poor Dad’ yang menjadi best seller dunia. Simak saja bantahan canggih dibuku ini menanggapi pendapat mayoritas orang tua seperti: "Belajarlah yang rajin dan dapatkan ranking atau indek prestasi yang tinggi di sekolah lalu kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi di perusahaan bonafid."
Andrias mencoba mementahkan pendapat umum masyarakat Indonesia itu dengan pengambil pelajaran dari Rich Dad, Poor Dad dari buku Robert Kiyosaki dimana Rich Dad-nya Kiyosaki yang SMA saja tidak lulus tetapi kaya raya ternyata lebih mempesonakan dari pada Poor Dad yang meskipun bergelar Doktor tetapi tidak mandiri, sering mengeluh soal rendahnya kesejahteraan dan banyak hutang, karena menurut Kiyosaki tidak cerdas secara finansial.

Lantas apakah kekayaan adalah satu-satunya tujuan hidup sehingga wajib dikejar kalau perlu dengan mengorbankan sekolah? Tanpa terjebak pada materialisme buta yang mendewakan kekayaan adalah satu-satunya parameter kesuksesan, Andrias mencoba sedikit mengkoreksi Kiyosaki dengan pendapat lebih bijak yaitu bahwa masih banyak nilai-nilai luhur lain yang layak menjadi barometer kesuksesan seseorang. Tapi ia setuju bahwa kemandirian yang mendukung integritas diri menjadi sesuatu yang penting sehingga layaklah ajaran kemadirian finansial Kiyosaki menjadi solusi penting di tengah-tengah situasi ekonomi Indonesia yang masih terpuruk. Baik Kiyosaki dan Andrias keduanya menekankan bahwa belajar dan pendidikan itu sangat penting untuk meraih kesuksesan tapi mengandalkan sekolah saja tidaklah pernah cukup.

Selain kutipan langsung pidato Lawrence Ellison saat wisuda sarjana Yale University, dalam buku ini juga ada kutipan langsung beberapa artikel Nurcolis Majid sang Guru Bangsa untuk menjadi renungan alternatif proses pembelajaran. Pada bab enam, Andrias menguraikan gagasannya bahwa sekolah tidaklah merupakan lembaga pendidikan tapi lebih sebagai lembaga pengajaran. Karena pendidikan efektif jika dilakukan secara informal maka mengharapkan lembaga formal sekolah untuk mendidik seseorang hanya akan berakhir kefrustasian. Buktinya bahwa banyak sekolah yang menghindar dari tanggung jawab atas terjadinya tawuran siswanya dengan alasan bahwa sekolah tidak mampu menjamin moral siswanya tanpa lingkungan pergaulan yang baik di luar sekolah.

Terakhir buku ini menawarkan beberapa ‘alamat’ lain sehingga kita dapat mencari ide dan gagasan menarik seputar dunia pembelajaran dari komunitas pembelajar di situs www.pembelajar.com.
Semoga kita tidak hanya mengandalkan ijasah sekolah yang telah kita raih tapi bisa belajar lebih lanjut di mana saja dan kapan saja.

Resensi by: Aris Hanafiyah, ST

Jurnalistik Muslim

‘Apa alat yang dapat membantuku untuk mengkonstruksi pengetahuan? Menulis. Menulis? Ya. Ketika aku menulis, aku harus mengingat apa saja yang ingin aku tulis. Dan tak hanya mengingat, aku pun harus mengait-ngaitkan apa saja yang ingin aku tulis. Bayangkan jika apa yang kutulis itu adalah mengetahuan baru yang sedang aku pelajari. Betapa menulis itu menjadikan aku sebagai seorang arsitek yang sedang membangun sebuah gedung yang bermanfaat dan bermakna’. Hernowo.


Pekerjaan jurnalistik adalah: Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan pengetahuan yang sudah dipahami untuk menghasilkan informasi (pengetahuan) baru yg bermanfaat.

Pers atau media massa saat ini sudah sangat berkembang baik jenis materi maupun bentuk medianya.

Bentuk medianya:
·Koran·Majalah·Tabloit·Radio·TV·Buletin·Baliho·Internet
·Poster·HP·Jawaban Telpon·Leaflet·TV Board dll

Jenis materi contohnya:
·Koran : lokal / internasional / kuning / dinding
·Majalah : remaja / profesional / olahraga
·Tabloid : selebritis / masakan / kesehatan
·Radio : dakwah / dangdut / khusus wanita
·TV : kabel / satelit / berita
·Buletin : dakwah / konsumen / properti
·SMS : kajian / info bisnis / pulsa dll.

Jenis-jenis berita:
·Headline: Berita utama
·News: Berita liputan
·Anchor: Jangkar
·Editorial: Tajuk
·Features:
·Opini:
·Surat Pembaca
·SMS Pembaca
·Artikel
·Jurnal
·Reportase: Wawancara
·Advertizing: Iklan
·Sastra
·Galeri foto


Media massa atau pers dapat berperan sebagai:
·Penyebar informasi
·Pendidik masyarakat luas
·Penghubung semua pihak
·Penyampai aspirasi: secondary perlemen

Sisi lain peran media:
·Penghibur: dengan infotaiment, sastra, olahraga, anekdote dll
·Mempengaruhi opini massa
·Penyebar kebenaran / kebohongan
·Pembongkar kerahasiaan dengan infestigasif report
·Menghapuskan sekat penghalang

Mendapatkan informasi atau berita itu bisa mudah bisa sulit. Yang pasti sulit yaitu mendapatkan berita yang bermutu. Untuk itulah media biasanya menyeleksi ketat apa yang akan disampaikan. Ada istilah di dunia jurnalistik bahwa ‘bad news is a good news’. Berita yang sangat buruk adalah berita yang sangat baik. Orang masih suka membaca berita seburuk apapun asal bukan ia sendiri yg tertimpa.

Ada kriteria berita yang biasanya dianggap layak jual dikarenakan sifat berita yang sangat menarik perhatian pembaca:

·sangat berpengaruh pada nasib pembaca
·sangat beda atau unik
·sangat ekstrim atau menonjol
·berita terbaru / up todate
·berita pesohor / selebritis

Berita-berita tersebut akan selalu menarik perhatian masyarakat pembaca di tengah begitu banyak sumber informasi bersaing memperebutkan perhatian. Degan persaingan yang ketat seringkali pers terjebak pada orientasi yang salah. Yaitu orientasi keuntungan semata dengan mengorbankan etika. Pers sebagai industri, bisa saja menyampaikan keburukan, kebohongan, pornografi, kekerasan, kemurtadan dan penipuan dengan alasan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan gampang! Untuk itu diperlukan etika jurnalistik atau rambu-rambu pers.

Bagi pencari berita ada rambu mencari berita valid:
·Ask the right question
·Ask the right source
·Write the news right

Rumus menggali detil berita: 5 W + 1 H

·What : Apa objek, nama, istilah, korban,
·Where : Di mana posisi, alamat, lokasi, keberadaan
·When : Kapan waktu, hari, tanggal, tahun, sebelum/sesudah, kronologi
·Who : Siapa subyek, nama, oknum, otoritas, yang berwenang,
·Why : Mengapa alasan, penyebab, latar belakang, motif
·How : Bagaimana cara, methode, keadaan, tindakan

Sikap untuk menjadi jurnalis yang baik:

·Harus ada interaksi (timbul dari kepedulian) dgn peristiwa dan fakta

·Harus ada pendalaman (timbul dari minat baca yg besar) dgn ilmu atau informasi yg sudah ada

·Harus ada kreatifitas (timbul dari imajinasi, variasi dan daya cipta) untuk menangkap dan mencipta hal baru

·Harus ada sikap kritis (timbul dari rasa ingin tahu yg besar) untuk mendapatkan data dan fakta baru yg detil dan valid

·Harus ada penjiwaan (timbul dari niat yg bersih) sehingga apa yg dihasilkan bermakna dan bermanfaat


Etika jurnalis muslim:
·Tabayyun : Check and recheck, validitas berita dengan tabayyun
·‘Adl : Keadilan, berita harus cover both side
·Shiddiq : Kejujuran, qulil haqqo walau kaana murron
·Manfaah : Asas manfaat, antakulu khiron au liyasmuth
·Istiqomah: Konsistensi dan integritas, lima takulu maala taf ‘aluun?

by: Aris Hanafiyah, ST
Meteri Training Jurnalis Muslim Pemula