Sunday, November 27, 2005

Katanya: Menulis Itu Mudah

Siapa Bilang Sulit?

Sesunggunya menulis karya ilmiah itu pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang karena seluruh mahasiswa/siswa pasti bisa menulis. Tetapi susah karena ketiadaan kemauan, kebutuhan dan kebiasaan serta ketrampilan menulis. Sulit bagi yang belum tahu tekniknya, yang malas berfikir, dan malas berdisiplin. Sulit karena ketrampilan ini langka dimiliki sehingga tidak mudah berguru karena sulit cari gurunya. Sulit sehingga tidak pernah dicoba, sebab sering gagal sebelum memulainya. Padahal mencoba terus-menerus menjadi jalan satu-satunya jalan untuk menjadi penulis yang baik. Menulis yang baik butuh pengalaman, tetapi tanpa pengalaman orang kesulitan menulis. Seperti lingkaran setan yang harus diputus rantainya, dihapus mitosnya dengan cara menikmati keberhasilan setiap langkah kemajuannya, sekecil apapun.


Kemauan yang Butuh Keyakinan

Kemauan menulis bisa dipaksakan, misalnya terpaksa karena ada tugas harus menulis skripsi, tetapi seringkali sesuatu yang terpaksa tidak langgeng. Mudah stress dan sering berakhir dengan hasil yang mengecewakan. Kemauan yang sesaat juga sering jadi masalah. Kemauan tidak kuat hanya menghasilkan pekerjaan setengah jadi atau malah gagal sama sekali. Seringkali kerja besar hanya bisa dilakukan oleh mereka yang bisa terus-menerus berkomitmen tinggi. Kerja besar terdiri atas banyak kerja kecil-kecil yang terstruktur dan memerlukan waktu panjang untuk menuntaskannya. Lari 10 km dimulai dari ayunan langkah yang pertama.

Jadi kuncinya yakin bahwa bisa menulis dan yakin bahwa tulisan kita bermanfaat untuk orang lain. Keyakinan ini harus dipupuk terus menerus. Kalaupun akhirnya tulisan itu tidak dibaca orang lain maka jangan berkecil hati karena pastilah tulisan itu sudah kita baca sendiri dan itu berarti tulisan itu bermanfaat untuk diri sendiri. Keyakinan bahwa menulis bermanfaat bagi diri sendiri ini dapat membuat kita konsisten terus berusaha menulis.

Kebutuhan Membuat Paksaan dapat dinikmati

Kebutuhan menulis bisa direkayasa, karena kebutuhan sebenarnya bisa diciptakan. Sayangnya lebih banyak yang tidak merasa butuh menulis. Menulis lebih jadi beban, bukan menjadi kebutuhan ekspresi ide dan gagasan. Ingat bahwa setiap orang butuh mengekspresikan diri karena manusia adalah makhluk sosial. DR Pennebaker dalam buku Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotion mengungkapkan riset psikologi pada mereka yang menulis. Hasil riset membuktikan mereka yang mengungkapkan segala pengalaman yang mengganggu fikiran lewat tulisan dapat meningkatkan perasaan dan kesehatan tubuh.

Besarnya Manfaat Menulis

“Menulis Lebih Baik ketimbang Operasi Wajah”, itu kata bijak dari Fatima Mernissi untuk para wanita di seluruh dunia. Ia menambahkan, “Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa”. Manfaat yang didapat dari melepaskan stress adalah wajah yang berseri-seri dan bebas jerawat!

Bayangkan jika manfaat menulis ternyata bisa meningkatkan kecerdasan seseorang. Dengan menulis berarti mengikat makna dari gagasan abstrak di kepala. Kebiasaan memformulasikan gagasan mau tidak mau melatih otak kanan dan kiri. Otak kanan menimbulkan gagasan dan otak kiri memformulasikan agar dapat menjadi tulisan. Penggunaan logika, imajinasi, analisa dan memory akan melatih otak mencapai keadaan optimalnya.

Menurut DR Taufik Pasiak -Dosen UGM yang ahli bidang otak- bahwa menulis membantu mengaktifkan otak untuk menciptakan hubungan-hubungan neuron baru khususnya pada jaringan hypocampus sehingga mempercepat memori tersimpan. Menulis terbukti mencerdaskan otak.

Pekerjaan menulis juga dapat mendatangkan penghasilan yang lumayan. Saat ini banyak media cetak yang mau membayar mahal atas artikel bermutu. Banyak pula penulis yang hidup berkecukupan hanya dari royalty buku yang diterbitkan.


Kebiasaan Membentuk Karakter Trampil

Kebiasaan menulis hanya bisa jika didukung dengan kebiasaan membaca. Menurut Hernowo, menulis adalah kepanjangan tangan dari membaca. Seseorang yang telah membaca banyak biasanya banyak pula ide yang ada di kepala yang menuntut dikeluarkan. Kalau tidak dikeluarkan bisa muncul jerawat dan stress. Yang dituntut dari pembiasaan adalah disiplin diri pada penggunaan waktu dan konsistensi. Berusaha menetapkan tujuan dan target lalu setia pada tujuan dan target itu. Berusahalah menetapkan prioritas dengan mendahulukan yang terpenting dari yang penting. Ini sangat berguna untuk mengurangi tekanan batin saat terjadi masalah ketika menentukan pilihan yang berakibat harus ada yang dikorbankan.

Tanpa kebiasaan membaca maka sangat sulit untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu. Apa yang mau ditulis jika bahan tulisan tidak ada? Bahkan ada humor yang mengatakan 3 jam di perpustakaan senilai 3 bulan penelitian dilaboratorium. Mendapatkan ilmu lewat membaca buku yang tepat jauh lebih cepat dari pada mencoba mengalaminya sendiri.

Kebiasaan menulis perlu dilatih mulai dari yang paling sederhana seperti menulis memo, ringkasan, catatan harian (diary) atau menulis laporan singkat, lalu meningkat pada tulisan berat model membuat proposal, artikel dan karya ilmiah atau mengarang buku. Kebiasaan membaca yang diikuti kebiasaan menulis akan sangat efektif dalam menyerap ilmu pengetahuan. Inilah ketrampilan hidup (life skill) yang sangat berguna untuk survife di era informasi saat ini.

Mengalirkan Gagasan dengan Mengaktifkan Otak Kananmu

Untuk memulai menulis maka tuliskan dari apa yang benar-benar kamu pahami. Ini nasehat dari JK Rouling. Fungsikan otak kananmu yang penuh kreatifitas. Tuangkan gagasan dengan menulis terus tanpa henti seperti mengalir. Jangan perdulikan tatabahasa atau pilihan kata. Jangan perduli jika terpaksa menuliskan titik-titik atau tanda tanya karena memang belum ketemu teori, nama, angka atau data penting lainnya tapi sempat terlintas. Jangan takut untuk menggambar jika memang gagasan itu tidak bisa ditulis dan hanya lebih baik dituangkan dalam bentuk gambar atau sketsa. Biarkan nanti pada gilirannya titik-titik itu dapat diedit dengan menambahkan detil valid dari pustaka rujukan atau dari tanya pada sumber ahlinya. Tapi itu nanti. Sekarang saatnya menuangkan gagasan.

Setelah menuliskan pokok pikiran cobalah untuk terus mengembangkannya dengan deskripsi yang mengalir, seperti bercerita atau ngobrol. Bolehlah aliran ide melompat dari satu topik ke topik lain. Mungkin saja nanti urutannya harus ditata ulang, tapi itu nanti. Boleh saja topiknya beda sama sekali. Nanti siapa tahu menjadi bahan tulisan kedua atau ketiga dan seterusnya.

Jika ide macet bisa gunakan teorinya clustering dan mind maping milik Tony Buzan. Tulis dulu pokok pikitan ditengah-tengah kertas kosong. Kemudian coba tuliskan berbagai topik yang berkaitan dengan pokok pikiran. Tambahkan hubungan dengan membuat cabang-cabang tema apapun yang terlintas dikepala. Teruskan dengan menambahkan anak-anak cabang berikutnya. Gunakan set kreatif untuk membuat cabang yang banyak dan ‘rimbun’ dengan gagasan pengembangan. Jika mulai menyimpang bisa saja pokok pikiran ini dicoret. Setelah menggali gagasan dengan melukiskannya, baru kemudian menuliskannya dalam alenia-alenia bentuk bertutur.

Kemudian gunakan jeda waktu sebentar untuk mengendapkan gagasan. Setelah gagasan diendapkan barang sehari semalam (jadi jangan buru-buru diedit) barulah kemudian hasil tulisan tadi diedit dan diedit. Proses edit ini memakan waktu dan usaha 40% sendiri sebelum akhirnya tulisan layak dibaca orang lain.

Saatnya Mengedit dengan Memfungsikan Otak Kiri

Mengedit berarti membahasakan gagasan kedalam bahasa yang berlaku didunia ilmu pengetahuan. Ada aturan yang harus ditepati, ada struktur kalimat dan urutan yang baku. Ada pengambilan kesimpulan secara deduktif atau pemaparan induktif. Tulisan ilmiah bercirikan adanya data-data valid pendukung gagasan. Menghimpun data ini dapat berupa menghimpun buku-buku (pustaka), menyebar angket, observasi lapangan atau dengan mencari dokumen pendukung. Dokumen itu bisa dokumen pokok yang berkaitan langsung dengan gagasan yang ditulis ataupun berupa dokumen penunjang. Salah satu sumber data dan dokumen paling berlimpah adalah internet. Sayangnya untuk itu kita harus pandai bahasa Inggris. Jadi bahasa Inggris adalah kemampuan penting yang harus diasah.

Otak kiri yang biasa berfikir analitis, runut, logis dan matematis sangat dibutuhkan dalam proses editing. Saat otak kiri bekerja aktif biasanya otak kanan akan terganggu konsentrasinya. Inilah rahasianya mengapa antara proses menggali ide atau gagasan harus dipisahkan dari proses mengedit tulisan. Jika dicampur biasanya kerja kreatif terhenti. Yang muncul adalah kesibukan otak kiri mengkoreksi atau sibuk menyalahkan. Hal ini justru sangat mengganggu proses kreatif.

Pasif Income

ArtImage by Aris
Tipe Pekerja

Kebanyakan orang bertipe pekerja (employee) yang bekerja dengan tenaga dan waktu yang dimiliki untuk mendapatkan bayaran dan kedudukan. Ini seperti membarterkan waktu dan tenaga untuk uang dan jabatan. Puncak prestasi dari kerja ini adalah diperolehnya jabatan tinggi dengan gaji tinggi, menikmati berbagai tunjangan dan pada akhirnya mendapat pensiunan. Tipe employee ini ada yang bergaji rendah tapi ada yang bergaji tinggi. Terdiri atas pegawai perusahaan, dokter di rumah sakit, koki di restoran, bankir di bank, arsitek dan tukang di perusahaan konstruksi juga PNS.

Untuk mendapat gaji tinggi dan bergengsi, strategi awalnya adalah bagaimana mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar atau menjadi pegawai pemerintah (PNS). Karena biasanya ada persaingan ketat untuk mendapat pekerjaan maka ijasah menjadi penentu penting setiap adanya lowongan pekerjaan. Untuk itulah mereka belajar dan berusaha mendapat nilai yang tinggi sehingga dapat masuk keperguruan tinggi bergensi dan lulus dengan ijazah dan nilai yang tinggi. Jika ijazah tidak mempan untuk masuk dunia kerja maka digunakanlah uang sogokan atau memo dari orang penting.

Setelah diterima sebagai pegawai negri atau diterima di sebuah perusahaan bergensi, mereka akan bekerja dengan rajin untuk mendapat gaji dan berharap satu saat nanti akan ada kenaikan pangkat atau jabatan yang biasanya berkaitan juga dengan kenaikan gaji dan tunjangan. Polanya secara sederhana adalah sebagai berikut:

Kerja ---> Pendapatan/Gaji ---> Karir/Jabatan ---> Pensiun

Sayangnya peningkatan pendapatan karena kenaikan gaji atau kenaikan pangkat seringkali diikuti dengan keinginan untuk meningkatkan derajat kehidupan. Artinya kenaikan status jabatan berarti kenaikan gengsi yang ini ditunjang dengan penampilan yang berbeda. Penampilan berbeda ini membutuhkan biaya yang berbeda alias pengeluaran meningkat. Hasilnya kenaikan pendapatan diiringi dengan kenaikan pengeluaran. Pejabat yang lebih tinggi biasanya mempunyai rumah lebih besar dan mobil lebih bagus, lebih mahal serta lebih sering menghadiri pesta atau kondangan dengan amplop yang tebal. Pada kasus tertentu bahkan sebelum kenaikan gaji pegawai negeri benar-benar diterapkan, kenaikan harga-harga di pasar sudah jauh meningkat sebelumnya.

Tak jarang dengan alasan karena mempertahankan status maka mereka memaksa diri membeli barang kebutuhan meskipun dengan cara kredit. Tentunya dipilih yang angsurannya rendah dengan konsekuensi pelunasan jangka panjang. Mendapatkan kredit rumah dan kendaraan menjadi suatu yang dimudahkan oleh bank bagi mereka yang punya slip gaji tetap. Seluruh pendapatan semuanya habis dibelanjakan pada barang konsumsi dan digunakan untuk melunasi kredit. Jika ada sisa barulah mereka menabungnya. Tabungan ini akan digunakan untuk keperluan menyekolahkan anak, atau berobat jika ada anggota keluarga yang sakit atau kebutuhan lain yang menuntut uang ekstra. Hajatan menikahkan anak misalnya.

Tipe Pekerja Mandiri

Di samping tipe pekerja atau Employee ada tipe lain yaitu tipe pekerja mandiri atau Self Employee. Mereka yang termasuk di dalamnya adalah atlet profesional, dokter gigi, pengacara, artis, seniman, makelar mobil, pemborong bangunan, pemilik toko kelontong, sopir taksi, penjual bakso, tukang sate dan lain sebagainya. Berbeda dengan pekerja yang bekerja untuk mendapatkan gaji yang ditentukan oleh perusahaan, maka pendapatan dari self employee ditentukan langsung oleh pasar yang memanfaatkannya. Sayangnya seperti juga tipe pekerja, mereka yang bertipe pekerja mandiri tidak akan mendapatkan uang jika ia berhenti bekerja.

Keahlian menjadi ciri khas dari tipe ini. Semakin ahli dan semakin keras ia bekerja maka semakin banyak kostomer yang bisa dilayani maka semakin besar pendapatannya. Inilah cara tipe pekerja mandiri peningkatkan pendapatan. Meningkatkan keahlian dengan kursus, berlatih atau dengan meningkatkan volume kerja dengan bekerja lebih keras dan lebih lama. Tak jarang dari self employee ini kehabisan tenaga dan waktu untuk melayani pelanggan ketika usahanya semakin maju.


Jebakan Rat Race

Benar bahwa kedua tipe baik pekerja maupun pekerja mandiri ini dapat menghasilkan pendapatan jutaan rupiah atau bahkan ratusan juta dan status di mata masyarakat mereka tinggi. Namun mereka sejatinya tidak bertambah kaya karena tak ada peningkatan kemandirian pendapatan. Menurut Kiyosaki, mereka terpenjara dalam rat race (lomba lari tikus). Ini karena peningkatan pendapatan sering didiringi dengan peningkatan pengeluaran -kalau tidak hati-hati- yang lebih besar dari pendapatan. Ini membuat mereka merasa bahwa pendapatannya tidak pernah cukup. Ketidaktahuannya membuat tidak bertambahnya aset pribadi justru yang bertambah adalah pengeluaran dan hutang yang harus ditanggung. Mereka kemudian mencari solusi dengan cara menaikkan pendapatan yang berarti bekerja lebih keras, bekerja lembur dan mencari obyekan di luar kantor. Ada pula yang ingin jalan pintas dengan melakukan kejahatan kerah putih yaitu dengan mengkorupsi uang kantor atau menerima suap. Ada juga yang melakukan penipuan dan pembajakan.

Jika suatu ketika mereka tidak bisa bekerja secara permanen, bisa diakibatkan karena sakit, cacat akibat kecelakaan, perusahaan bangkrut, PHK atau sudah tua, maka mereka tidak lagi punya pendapatan. Setelah sedikit tabungan yang dikumpulkan habis, gilirannnya barang-barang yang dimiliki terpaksa dijual dengan harga kortingan untuk menutupi kebutuhan selama masih hidup dan yang tersisa adalah utang kredit yang bertumpuk.

Mereka sangat peduli dengan keamanan kerja karena hanya dengan bekerja mereka akan mendapat penghasilan. Karena itulah mereka memperjuangkan nasibnya dengan meminta perusahaan menjamin tunjangan hari tua atau pensiun, pesangon besar jika di PHK, asuransi kesehatan, selain status dan jenjang karir yang jelas. Tak heran jika mereka masuk menjadi anggota serikat pekerja agar perjuangan mereka lebih powerfull.
Menggantungkan hidup semata dari gaji menurut Kiyosaki adalah muncul dari kebodohan finansial. Ketidakmandirian keuangan ini tidak hanya dialami oleh tukang sapu atau pegawai rendahan, namun juga direktur atau pegawai eksekutif dengan jabatan tinggi. Dibutuhkan kecerdasan finansial untuk dapat mengelola chashflow dengan benar dan keluar dari rat race. Petunjuk awalnya adalah pribahasa jangan sampai besar pasak dari pada tiang. Jangan sampai besar pengeluaran dari pada pendapatan. Tapi prinsip ini saja tidak cukup. Perlu pengetahuan tentang berinvestasi atau berbisnis sehingga suatu saat aset yang dimiliki seseorang dapat menjadi pendapatan meskipun ia tidak lagi bekerja atau tidak lagi dapat bekerja. Ini yang disebut pasive income.

Anggapan salah kalau rumah dan mobil yang dimiliki adalah aset. Karena rumah dan mobil tidak menghasilkan uang tetapi justru mengeluarkan uang dari kantongnya. Cicilan kredit mobil dan KPR sesungguhnya hutang yang memaksanya bekerja keras seumur hidup untuk melunasinya. Mobil secara perhitungan investasi langsung turun harganya begitu ia bayar karena statusnya berubah menjadi second hand. Belum lagi ongkos perawatan dan pajak yang harus dikeluarkan. Semuanya mengeluarkan uang dari kantong, itu bukan investasi aset namanya tapi liabilitas. Liabilitas adalah kebalikan dari aset. Kalau aset mendatangkan uang, liabilitas membuat uang keluar dari kantong. Maunya mereka berinvestasi dengan membeli rumah dan mobil tapi kenyataan keduanya justru liabilitas yang akan menggerogoti kekayaannya.

Tipe Pemilik Bisnis dan Investor

Kekayaan sejati menurut Kiyosaki adalah seberapa lama ia dapat hidup layak dari kekayaannya jika saat ini ia tidak lagi dapat bekerja. Mereka yang benar-benar kaya adalah yang dapat hidup makmur tanpa bekerja lagi karena asetnya telah bekerja untuknya, bahkan kekayaan asetnya dapat menghidupi anak cucunya. Untuk itulah mereka bekerja bersungguh-sungguh dan sanggup mengambil resiko untuk membangun aset.

Pengertian aset adalah segala yang membuat uang mengalir ke kantong. Semakin besar aset maka semakin besar aliran uang ke kantong. Berbeda dengan mereka yang bekerja membarterkan waktu dan tenaga untuk uang, mereka yang cerdas secara finansial membarterkan waktu dan tenaga untuk membangun aset. Asetlah yang kemudian berkerja untuk menghasilkan uang baginya. Mereka bertipe Pemilik Usaha (Business Owner) atau bertipe Investor. Pola kerja yang dianut adalah sebagai berikut:

Kerja ---> Investasi/Aset ---> Pendapatan/Royalty ---> Kebebasan Finansial

Kerja dilakukan untuk meningkatkan investasi atau memiliki sistem bisnis. Butuh waktu dan strategi yang tepat untuk ini. Dari aset investasi atau sistem bisnis yang diciptakan mereka mendapatkan uang. Pendapatan akan terus bertambah jika aset bisnis atau investasinya terus bertambah. Karena investasi dan sistem bisnis ini dapat berjalan sendiri maka ini membuat suatu saat di masa depan ia tidak perlu lagi bekerja dan hidup dari hasil investasi dan sistem bisnis yang ia miliki. Ia mendapatkan kebebasan secara finansial.

Berbeda dengan self employee yang roda bisnisnya berhenti jika ia berhenti bekerja maka Busines Owner menggaji orang profesional untuk menjalankan bisnisnya. Ia tidak perlu bekerja karena sistem bisnisnya telah berjalan sendiri. Ia hanya bekerja saat awal sampai sistem bisnisnya terbentuk sempurna kemudian ia bisa tinggalkan sementara ia tetap mendapatkan pendapatan darinya. Sementara tipe investor membuat uang yang dimilikinya bekerja keras untuk dirinya. Uang yang dimilikinya diinvestasikan pada orang lain atau perusahaan orang lain yang berprospek sehingga ia mendapatkan penghasilan dari pembagian keuntungan usaha orang lain tersebut. Mereka tidak mau Kedua tipe ini memperoleh apa yang disebut pendapatan pasif atau Pasive Income.

Pasive Income

Janganlah buru-buru menganggap pasive income sebagai kecurangan atau perbutan dosa. Anggapan keliru ini sering terjadi seperti lontaran pertanyaan bagaimana mungkin mereka tidak bekerja tetapi mendapatkan penghasilan? Bagaimana mungkin seseorang mendapat penghasilan tinggi, jauh lebih tinggi dari pekerja yang bekerja keras untuknya?

Rahasianya adalah:
•Mereka menciptakan pekerjaan untuk orang banyak maka mereka dibayar lebih.
•Mereka menanggung resiko orang banyak dan karena itulah dibayar mahal.
•Mereka bisa sangat cepat kehilangan uang investasinya yang beratus juta, meskipun seringnya mereka justru menghasilkan uang beratus juta.
•Mereka berpengalaman untuk mengelola keuangan besar dengan rasional bukan emosional karenanya mereka mendapat untung besar.
•Mereka memecahkan problem keuangan yang besar sehingga mereka dibayar dengan dengan pendapatan yang besar pula.

Lantas tipe manakah anda saat ini? Employee, Self Employee, Busines Owner atau Investor? Benarkah anda aman dari permasalahan keuangan di masa yang akan datang? Dua pertanyaan ini cukup kiranya untuk membuat kita berfikir ulang dan segera bertindak agar tidak menyesal di kemudian hari.

Cincing: Adaptasi Rok dan Jubah di Assalaam



  

Cincing! Kejadian yang membuat terkejut dan memancing perhatianku. Ini bukan merujuk pada kejadian Ratu Bilkis yang cincing saat masuk pintu kerajaan nabi Sulaiman. Lantai yang ‘kinclong’ sepertinya berair membuat reflek Ratu Bilkis untuk menarik sedikit ujung gaunnya agar tidak basah, cincing. Tapi ini kejadian terjadi saat awal santriwati baru pertama kali diwajibkan pakai rok.

Bertahun-tahun santriwati sudah terlanjur biasa pakai celana. Pakai babydol. Saat keluar kamar, saat makan, saat olahraga, atau dibawa tidur. Model pakaian yang lebih bebas dan berkesan ceria. Tak ada peraturan mewajibkan pakai rok di luar jam pelajaran. Kewajiban pakai rok membuat kelincahan kaki sedikit terhalangi. Rasa ribet membuat mereka jadi reflek cincing.

Yang membuat kebijakan ini adalah Ust Muin. Mudir Ma’had yang berketetapan hati akan merubah image penampilan santri Assalaam. Khususnya santriwati dan Ustadzah wajib pakai rok atau berjubah dan dilarang pakai celana. Cermin paling jernih atas akhlak santri Assalaam adalah penampilannya. Penampilan santriwati harus anggun dan islami dengan rok dan jubah.

Tidak sedikit yang meragukan peraturan akan jalan. Alasan malu kalau pakai jubah karena dibilang seperti badut. Malu dibilang anak Ngruki. Nggak modis dan seperti kurungan ayam atau berbagai dalih pesimis lain. Dalih kosong yang kalau kita telaah hanya berlandas sikap hedonis. Apa-apa diukur dari enak atau tidak enaknya. Bukan benar-salah atau kemanfaatannya. Terpaan protes ini tidak menggemingkan para pengasuh.

Hasilnya Subhanallah. Saat keluar komplek pertama kali santriwati pakai jubah. Sungguh membanggakan. Santriwati yang berjubah itu seolah menunjukkan jati diri. Ini loh santri Assalaam. Yang berakhak Islami. Bermental teguh membela Islam dan simbol-simbolnya. Pakai jubah tapi tetap modis. Nggak tanggung menjalankan syariat menutup aurat.

Ada sedikit gagasan melintas dibenakku. Seandainya kebijakan itu diberlakukan bertahap. Santriwati kibar dulu, sedang santri sighor masih diperbolehkan. Bukankah santri kibar sudah gede dan memasuki usia dewasa. Patut kiranya berpenampilan lebih anggun. Lebih wanita. Pantas jika pakai rok atau berjubah lebar. Sedang santri sighor kan baru lulusan SD. Fisiknya juga masih kecil and mungil. Sifat keceriaan dan kelincahan masih melekat erat di setiap geraknya. Memberikan kewajiban pakai rok kok sepertinya membatasi mereka.

Sayangnya santri sighor lebih taat peraturan dari pada santri kibar. Jadi keberhasilan penerapan peraturannya kebalik. Santri sighor lebih dulu bisa diandalkan. Kalau aturan diterapkan berbeda mereka yang kibar pasti berdalih. Nggak adil, nggak toleran. Santri kibar paling bisa berdalih untuk tidak menjalankan aturan yang hanya akan membelenggu kebebasan mereka.
Semoga saja suatu saat nanti tidak perlu muncul rasa iri dari santri kibar kepada santri sighor. Tidak harus ada penyamaan peraturan yang kaku. Penerapan bisa luwes namun efektif.

Saat kemudian ada kunjungan pengasuh PP Al Mu’min Ngruki ke Assalaam. Dalam hati aku bersyukur, kami sekarang memang beda. Kepada Ust Muin kuhaturkan kalimat takzim: Jazakallah khoirul jaza’…