Sunday, November 27, 2005

Katanya: Menulis Itu Mudah

Siapa Bilang Sulit?

Sesunggunya menulis karya ilmiah itu pekerjaan yang gampang-gampang susah. Gampang karena seluruh mahasiswa/siswa pasti bisa menulis. Tetapi susah karena ketiadaan kemauan, kebutuhan dan kebiasaan serta ketrampilan menulis. Sulit bagi yang belum tahu tekniknya, yang malas berfikir, dan malas berdisiplin. Sulit karena ketrampilan ini langka dimiliki sehingga tidak mudah berguru karena sulit cari gurunya. Sulit sehingga tidak pernah dicoba, sebab sering gagal sebelum memulainya. Padahal mencoba terus-menerus menjadi jalan satu-satunya jalan untuk menjadi penulis yang baik. Menulis yang baik butuh pengalaman, tetapi tanpa pengalaman orang kesulitan menulis. Seperti lingkaran setan yang harus diputus rantainya, dihapus mitosnya dengan cara menikmati keberhasilan setiap langkah kemajuannya, sekecil apapun.


Kemauan yang Butuh Keyakinan

Kemauan menulis bisa dipaksakan, misalnya terpaksa karena ada tugas harus menulis skripsi, tetapi seringkali sesuatu yang terpaksa tidak langgeng. Mudah stress dan sering berakhir dengan hasil yang mengecewakan. Kemauan yang sesaat juga sering jadi masalah. Kemauan tidak kuat hanya menghasilkan pekerjaan setengah jadi atau malah gagal sama sekali. Seringkali kerja besar hanya bisa dilakukan oleh mereka yang bisa terus-menerus berkomitmen tinggi. Kerja besar terdiri atas banyak kerja kecil-kecil yang terstruktur dan memerlukan waktu panjang untuk menuntaskannya. Lari 10 km dimulai dari ayunan langkah yang pertama.

Jadi kuncinya yakin bahwa bisa menulis dan yakin bahwa tulisan kita bermanfaat untuk orang lain. Keyakinan ini harus dipupuk terus menerus. Kalaupun akhirnya tulisan itu tidak dibaca orang lain maka jangan berkecil hati karena pastilah tulisan itu sudah kita baca sendiri dan itu berarti tulisan itu bermanfaat untuk diri sendiri. Keyakinan bahwa menulis bermanfaat bagi diri sendiri ini dapat membuat kita konsisten terus berusaha menulis.

Kebutuhan Membuat Paksaan dapat dinikmati

Kebutuhan menulis bisa direkayasa, karena kebutuhan sebenarnya bisa diciptakan. Sayangnya lebih banyak yang tidak merasa butuh menulis. Menulis lebih jadi beban, bukan menjadi kebutuhan ekspresi ide dan gagasan. Ingat bahwa setiap orang butuh mengekspresikan diri karena manusia adalah makhluk sosial. DR Pennebaker dalam buku Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotion mengungkapkan riset psikologi pada mereka yang menulis. Hasil riset membuktikan mereka yang mengungkapkan segala pengalaman yang mengganggu fikiran lewat tulisan dapat meningkatkan perasaan dan kesehatan tubuh.

Besarnya Manfaat Menulis

“Menulis Lebih Baik ketimbang Operasi Wajah”, itu kata bijak dari Fatima Mernissi untuk para wanita di seluruh dunia. Ia menambahkan, “Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa”. Manfaat yang didapat dari melepaskan stress adalah wajah yang berseri-seri dan bebas jerawat!

Bayangkan jika manfaat menulis ternyata bisa meningkatkan kecerdasan seseorang. Dengan menulis berarti mengikat makna dari gagasan abstrak di kepala. Kebiasaan memformulasikan gagasan mau tidak mau melatih otak kanan dan kiri. Otak kanan menimbulkan gagasan dan otak kiri memformulasikan agar dapat menjadi tulisan. Penggunaan logika, imajinasi, analisa dan memory akan melatih otak mencapai keadaan optimalnya.

Menurut DR Taufik Pasiak -Dosen UGM yang ahli bidang otak- bahwa menulis membantu mengaktifkan otak untuk menciptakan hubungan-hubungan neuron baru khususnya pada jaringan hypocampus sehingga mempercepat memori tersimpan. Menulis terbukti mencerdaskan otak.

Pekerjaan menulis juga dapat mendatangkan penghasilan yang lumayan. Saat ini banyak media cetak yang mau membayar mahal atas artikel bermutu. Banyak pula penulis yang hidup berkecukupan hanya dari royalty buku yang diterbitkan.


Kebiasaan Membentuk Karakter Trampil

Kebiasaan menulis hanya bisa jika didukung dengan kebiasaan membaca. Menurut Hernowo, menulis adalah kepanjangan tangan dari membaca. Seseorang yang telah membaca banyak biasanya banyak pula ide yang ada di kepala yang menuntut dikeluarkan. Kalau tidak dikeluarkan bisa muncul jerawat dan stress. Yang dituntut dari pembiasaan adalah disiplin diri pada penggunaan waktu dan konsistensi. Berusaha menetapkan tujuan dan target lalu setia pada tujuan dan target itu. Berusahalah menetapkan prioritas dengan mendahulukan yang terpenting dari yang penting. Ini sangat berguna untuk mengurangi tekanan batin saat terjadi masalah ketika menentukan pilihan yang berakibat harus ada yang dikorbankan.

Tanpa kebiasaan membaca maka sangat sulit untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu. Apa yang mau ditulis jika bahan tulisan tidak ada? Bahkan ada humor yang mengatakan 3 jam di perpustakaan senilai 3 bulan penelitian dilaboratorium. Mendapatkan ilmu lewat membaca buku yang tepat jauh lebih cepat dari pada mencoba mengalaminya sendiri.

Kebiasaan menulis perlu dilatih mulai dari yang paling sederhana seperti menulis memo, ringkasan, catatan harian (diary) atau menulis laporan singkat, lalu meningkat pada tulisan berat model membuat proposal, artikel dan karya ilmiah atau mengarang buku. Kebiasaan membaca yang diikuti kebiasaan menulis akan sangat efektif dalam menyerap ilmu pengetahuan. Inilah ketrampilan hidup (life skill) yang sangat berguna untuk survife di era informasi saat ini.

Mengalirkan Gagasan dengan Mengaktifkan Otak Kananmu

Untuk memulai menulis maka tuliskan dari apa yang benar-benar kamu pahami. Ini nasehat dari JK Rouling. Fungsikan otak kananmu yang penuh kreatifitas. Tuangkan gagasan dengan menulis terus tanpa henti seperti mengalir. Jangan perdulikan tatabahasa atau pilihan kata. Jangan perduli jika terpaksa menuliskan titik-titik atau tanda tanya karena memang belum ketemu teori, nama, angka atau data penting lainnya tapi sempat terlintas. Jangan takut untuk menggambar jika memang gagasan itu tidak bisa ditulis dan hanya lebih baik dituangkan dalam bentuk gambar atau sketsa. Biarkan nanti pada gilirannya titik-titik itu dapat diedit dengan menambahkan detil valid dari pustaka rujukan atau dari tanya pada sumber ahlinya. Tapi itu nanti. Sekarang saatnya menuangkan gagasan.

Setelah menuliskan pokok pikiran cobalah untuk terus mengembangkannya dengan deskripsi yang mengalir, seperti bercerita atau ngobrol. Bolehlah aliran ide melompat dari satu topik ke topik lain. Mungkin saja nanti urutannya harus ditata ulang, tapi itu nanti. Boleh saja topiknya beda sama sekali. Nanti siapa tahu menjadi bahan tulisan kedua atau ketiga dan seterusnya.

Jika ide macet bisa gunakan teorinya clustering dan mind maping milik Tony Buzan. Tulis dulu pokok pikitan ditengah-tengah kertas kosong. Kemudian coba tuliskan berbagai topik yang berkaitan dengan pokok pikiran. Tambahkan hubungan dengan membuat cabang-cabang tema apapun yang terlintas dikepala. Teruskan dengan menambahkan anak-anak cabang berikutnya. Gunakan set kreatif untuk membuat cabang yang banyak dan ‘rimbun’ dengan gagasan pengembangan. Jika mulai menyimpang bisa saja pokok pikiran ini dicoret. Setelah menggali gagasan dengan melukiskannya, baru kemudian menuliskannya dalam alenia-alenia bentuk bertutur.

Kemudian gunakan jeda waktu sebentar untuk mengendapkan gagasan. Setelah gagasan diendapkan barang sehari semalam (jadi jangan buru-buru diedit) barulah kemudian hasil tulisan tadi diedit dan diedit. Proses edit ini memakan waktu dan usaha 40% sendiri sebelum akhirnya tulisan layak dibaca orang lain.

Saatnya Mengedit dengan Memfungsikan Otak Kiri

Mengedit berarti membahasakan gagasan kedalam bahasa yang berlaku didunia ilmu pengetahuan. Ada aturan yang harus ditepati, ada struktur kalimat dan urutan yang baku. Ada pengambilan kesimpulan secara deduktif atau pemaparan induktif. Tulisan ilmiah bercirikan adanya data-data valid pendukung gagasan. Menghimpun data ini dapat berupa menghimpun buku-buku (pustaka), menyebar angket, observasi lapangan atau dengan mencari dokumen pendukung. Dokumen itu bisa dokumen pokok yang berkaitan langsung dengan gagasan yang ditulis ataupun berupa dokumen penunjang. Salah satu sumber data dan dokumen paling berlimpah adalah internet. Sayangnya untuk itu kita harus pandai bahasa Inggris. Jadi bahasa Inggris adalah kemampuan penting yang harus diasah.

Otak kiri yang biasa berfikir analitis, runut, logis dan matematis sangat dibutuhkan dalam proses editing. Saat otak kiri bekerja aktif biasanya otak kanan akan terganggu konsentrasinya. Inilah rahasianya mengapa antara proses menggali ide atau gagasan harus dipisahkan dari proses mengedit tulisan. Jika dicampur biasanya kerja kreatif terhenti. Yang muncul adalah kesibukan otak kiri mengkoreksi atau sibuk menyalahkan. Hal ini justru sangat mengganggu proses kreatif.

No comments: