Sunday, May 14, 2006

Perencanaan Masa Depan (Part 2)

ArtImage by Aris
Kalau membahas perencanan pasti ada kaitannya dengan masa depan. Untuk itulah digunakan predikasi atau ilmu menebak. Inilah pentingnya visi. Pentingnya forecasting dan menganalisa trend. Sayangnya trend masa depan sering tidak sama dengan apa yang diprediksikan. Sementara visi para directur yang seharusnya menunjukkan dengan jelas sesuatu tapi malah kabur. Sehingga para perencana (dituntut atau memang ditunjuk untuk itu) malah menyerah atau tutup mata dengan masa depan karena saking sulitnya menebak apa yang bakal terjadi.

Kalau diminta berapa nilai tukar rupiah terhadap dolar untuk tahun depan aku tidak bisa memprediksi. Kalau ditanya berapa harga bensin tahun depan, aku cuma kasih saran tunggu jasa kepastiannya tahun depan. Berapa kenaikan TDL listrik tahun depan dan berapa pula harga gas LPJ tahun depan? Aku tidak tahu. Kalau ditanya inflasi tahun depan aku hanya bisa bilang paling masih dua digit. Pastinya tidak tahu. Sehingga berapa kenaikan harga sembako akibat inflasi pasti tinggi. Tapi tidak tahu persis berapa. Akhirnya kalau ditanya investasi apa yang paling menguntungkan, aku angkat tangan.

Begitu juga pertanyaan berapa jumlah santri Assalaam tahun depan, aku geleng kepala. Meskipun aku bisa saja menebak bahwa jumlah santri menurun. Persisnya berapa aku tidak tahu. Rumusannya kira-kira didapat dari data berikut. Kalau tahun lalu setelah Sipenwaru jumlah santri 2050 dan sekarang diprediksikan jumlah santri diterima Sipenwaru 350an sedangkan jumlah santri lulus dan tidak melanjutkan kira-kira 500an (berdasar penelitian preferensi Litbang). Data dan santri per April 2006 berjumlah 1902 maka kira-kira jumlah santri 1750an (Rekap Santri dari Subbag Data dan Informasi). Jika asumsi pendaftar baru untuk Sipenwaru tambahan bulan Juli kira-kira 150an (berapa pastinya masih menunggu panitia Sipenwaru MPP) maka jumlah santri Assalaam tahun ajaran 2006-2007 adalah 1900an. Alias terjadi penurunan 150an santri dari tahun kemarin.

Anda percaya dengan prediksi itu? Atau tidak percaya karena asumsi yang digunakan salah karena tidak valid? Atau salah rumusan? Atau ndak jelas angka pastinya sehingga tidak mungkin bisa dipredikasi? Atau mumet dengan rumus, angka dan asumsinya? Kalau jawabannya ‘Ya’ berarti anda tidak sendiri.

Sekarang bayangkan jika kemudian aku ditanya: “Kira-kira berapa seharusnya syahriah santri Assalaam tahun ajaran depan?” Aku angkat tangan. Nyerah! Sebab selain jumlah santri yang tidak ketemu, kenaikan BBM, gas dan listrik yang tidak terprediksi serta berapa kenaikan harga-harga akibat inflasi yang masih lebih dari dua digit membuat semua variabel penentu syahriah tidak bisa diprediksi. Apalagi berapa walisantri yang sanggup membayar syahriah 500ribu, 600ribu dan 700ribu juga tidak pasti. Akibatnya berapa jumlah wajarnya syahriah santri jadi aku tidak tahu. Yang jelas naik. Baru sebatas itu.

Meskipun sulit diprediksi tapi kita tetap harus bikin rencana. Bikin program kerja untuk setahun ke depan. Sebab jika gagal merencanakan, berarti sesungguhnya kita telah merencanakan kegagalan. Perencanaan pada hakikatnya adalah memilih hal-hal penting saat ini untuk diwujudkan di masa depan guna mencapai tujuan yang dikehendaki.

Mereka yang bertanggungjawab kepada masa depan adalah mereka yang bisa write his own script and live with it freely. Merencanakan berarti menulis apa yang akan dikerjakan dan mengerjakan apa yang telah ditulis. Kalu mau sedikit perhatian inilah sebenarnya yang menjadi landasan sertifikasi ISO.

Biar jadi tambah pemikiran tolong jawab sederet pertanyaan filosofi berikut. Mengapa sih kita susah banget memprediksi masa depan? Bukankah ada pribahasa bahwa mereka yang menanam pasti menuai? Man yazro’u yahshudu? Mereka yang berakit-rakit ke hulu akan berenang-renang kemudian? Mereka yang menggali lubang akan terjerumus ke dalamnya? Man khofaro khufrotan yaqo’u fiiha? Apakah pribahasa indah tadi sudah tidak berlaku lagi saat ini? Atau kita salah memahami makna pribahasa?

Yang jelas ada hadits Nabi yang bisa kita jadikan pedoman dalam menilai hasil perencanaan kerja.
Siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin berarti ia telah celaka
Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin berarti ia tertipu
Maka beruntunglah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin


Waallahu a'lam bishowab.

No comments: