Saturday, May 28, 2005

Perencanaan Masa Depan

Catatan kecil meramaikan Raker Assalaam

Seandainya aku punya mesin waktu, yakinlah mesin itu akan sangat sering kupakai. Walau ini pasti hanya khayalan, akibat sering nonton film fiksi ilmiah. Tontonan seperti Time travel, Time journey atau Back to the Future. Atau karena aku menikmati kartun khayalan tentang Doraemon kucing masa depan yang bisa mendatangkan alat-alat cangih dari masa depan. Betapa asyiknya jika aku bisa berkelana ke masa depan kemudian kembali kemasa kini untuk bersiap-siap menghadapinya dengan pegetahuan penuh kepastian. Atau seandainya mesin waktu itu dapat menghantarkanku pada masa lalu pastilah banyak perubahan atau koreksi yang aku lakukan agar keadaanku masa kini jauh lebih baik. Tapi pastinya tidak kugunakan mesin waktu itu untuk main taruhan yang pasti dapat kumenangkan dengan sempurna seperti tokoh Dave di serial TV Tomorrow’s Newspaper.

Sebegitu pentingnya masa depan maka orang berusaha memprediksinya setepat mungkin. Istilah-istilah prediction, planning, scenario, foresight, forecasting, foregoing, preparation, estimation, forethought, feedforward, preemtive, antisipatory dan segebok istilah lain dipakai di dunia perencanaan untuk menguak dan meneropong keadaan masa depan setepat mungkin sehingga kita bisa mengantisipasi dengan merencanakan program kerja kedepan sebaik mungkin. Pemerintah Indonesia pun punya Mentri Perencaaan Pembangunan Nasional / Ketua Bappenas dan ada Bappeda di daerah yang merupakan lembaga resmi urusan perencanaan ke depan. Program forecast milik George Sorosh yang katanya bisa memprediksi pergerakan saham dan perdagangan mata uang asing menjadi momok menakutkan bagi pemerintah Indonesia yang bingung memperediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berubah-ubah sesuai prediksi atau kemauan Sorosh, si milyuner yahudi spekulan valas.

Masa depan tidak pernah pasti karena akan selalu ada perubahan, yang pasti hanyalah perubahan itu sendiri. Kata orang yang pesimis tapi banyak yang setuju atau terpaksa setuju adalah: Kita sampai pada satu tahap dimana kita hanya bisa pasrah menghadapi masa depan tanpa kepastian sambil tutup mata (berdo’a) dan berharap prediksi kita benar dan efek jougernout tidak membenturkan kita ke tembok kehancuran karena kita kurang persiapan sebab gagal melihat tanda-tanda jaman. Orang lantas lari ke dukun, orang pintar atau tukang ramal. Horoskop ramalan bintang, ramalan kartu Toret, ramalan garis tangan, fengsui dan ramalan jodoh jadi komsumsi orang yang haus kepastian tapi keblinger. Bahkan program komputer ramalan nasib pun banyak digemari seolah ramalan dari komputer yang canggih itu pasti benar adanya. Sungguh mereka tersesat sesesat-sesatnya.

Ingatanku meloncat pada kenyataan bahwa dulu aku sering diajari berbagai hal yang sama sekali tak berguna bagi masa depanku. Aku juga ingat dulu pelajaran sejarah pernah digugat karena guru sejarah kita hanya mengajarkan pengetahuan yang sudah basi. Pengetahuan tentang orang-orang atau organisasi yang sudah mati, beku ditelan masa lampau. Pengetahuan atau ilmu yang diajarkan tidak ada gunanya dan malah harus segera dilupakan kalau ingin bisa maju kedepan. Bahkan ada pengetahuan yang salah, menipu dan penuh rekayasa yang jauh dari fakta kebenaran diajarkan dan dijejalkan ke otak, sehingga kebenaran beraras kejujuran justru jadi tertawaan dan kedholiman harus dimaafkan (dibiarkan) atau malah dipuja. Sungguh ‘mulia’ guru yang mengajarkan sejarah seperti itu untukku. Dan kuucapkan selamat tinggal kepada SNI, PSPB, PMP, PPKN dan P4!

Aku hanya ingin mengajak semua orang untuk mengambil hikmah bahwa ketika mengendarai mobil, maka spion adalah perlengkapan mobil yang penting dan seharusnya ada. Tapi kita tidak bisa melihat terus menerus ke spion untuk melihat kebelakang saat mengendarai mobil. Bukan tambah baik jalannya, bisa-bisa malah kecemplung got. Lihatlah masa depan, look to the future! Futurolog John Naisbit sedikit memberi inspirasi kepadaku bahwa sungguh penting belajar tentang keadaan masa depan (dari pada hanya belajar sejarah masa lampau). Sebab jika kita mengetahui masa depan kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya sejak kini sehingga kita tidak akan kesulitan memasuki masa depan itu.

Strategi yang dipakai sebelum melakukan perencanaan yang baik adalah menggunakan analisa SWOT untuk mengenali diri. Analisa SWOT mengharuskan adanya kejujuran dan kevalidan survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan), serta kejelian survei eksternal atas opportunities (peluang/kesempatan) dan threats (ancaman). Pengenalan potensi diri dan posisi diri baik eksternal dan internal yang jujur dan valid adalah suatu prasyarat sebelum memasuki dunia perencanaan dan pengembangan.

Dalam wacana ini aku setuju pendapat Hermawan Kertajaya yang mengganti filosofi analisa SWOT menjadi TOWS. Bukan karena sekedar membolak-balik urutan huruf SWOT menjadi TOWS. Urutan TOWS lebih menekankan bahwa mengetahui arena tempat berlaga (threats – opportunities) yang seringkali susah diprediksi (apalagi dipengaruhi) jauh lebih penting untuk diprioritaskan dari pada mengetahui strengths-weakness yang sering menjebak orang takabur dan tidak mau berubah.

Hermawan juga menawarkan ide bahwa perencanaan jaman sekarang ini sering harus berupa banyak skenario. Jika begini-begini maka kita bisa begitu-begitu. Tetapi jika ternyata begitu-begitu yang terjadi maka kita harus begini-begini buka begono-begono. Kita siapkan Plan B jika Plan A gagal. Atau jika asumsi-asumsi yang berkembang ternyata lebih menguntungan rencana alternatif yang dipilih mengapa kita harus mempertahankan rencana semula. Masalanya untuk merencanakan satu rencana yang oke saja sulit, tentu lebih sulit lagi membuat banyak rencana, belum lagi kesulitan menjalankannya. Ada beberapa prasyarat mutlak diperlukan khususnya bagi organisasi yang ingin sukses dengan banyak rencana yaitu pertama, harus ada kesamaan visi di antara seluruh stake horder. Ini akan menjamin kekompakan teamwork dalam memaksimalkan seluruh potensi anggota team saat banyak perubahan harus dilakukan. Kedua, harus ada nilai-nilai dasar yang kokoh menjadi pijakan bersama yang tidak berubah. Ini untuk menjamin kontinuitas kerja berbasis keunggulan corporate character karena akan banyak perubahan di sisi lain. Ketiga, harus mempunyai budaya belajar yang tangguh untuk dapat cepat berubah menyesuaikan tuntutan perubahan kondisi, job disc maupun posisi.

Bersicepat adalah kompetisi real masa kini. Gara-gara adanya regulasi baru dari FIA dan cepatnya para konstruktor F1 bereaksi, jet darat Ferrari yang di tunggangi Schumy tahun ini kalah sepersekian detik dari musuh-musuhnya tiap kali penentuan pool position. Lambat sepersekian detik bagi Schumy bisa berarti ia harus mengucapkan selamat tinggal kepada gelar juara yang pernah 5 kali digenggamnya. Akumulasi dari keterlambatan sepersekian detik itu menjadi berdetik-detik saat berpacu dalam berpuluh lap panjang di sirkuit lomba. Dan jika dikonversi jarak itu berarti tertinggal berpuluh meter dibelakang mobil lain.

"Maka bersiap dan berbuatlah, jangan menunggu datangnya hari esok, kita memang harus menunggu putaran waktu itu, tetapi kita tidak boleh berhenti, kita harus berbuat dan terus melangkah, karena kita tidak mengenal kata berhenti dalam jihad suci ini." Sebuah nasehat bijak dari Asy Syahid Hasan Al Banna sengaja aku ambil untuk menutup catatanku kali ini. Semoga bermanfaat. (Aris H)

3 comments:

imponk said...

posting bagus, salam kenal
aku juga di kartosuro :)

Unknown said...

Cara terbaik untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya..

Dinoe said...

Mantap artikelnya kang....membuka pikiran tentang masa depan..