Tuesday, April 25, 2006

Membaca dan Menulis Itu Satu Paket

Nasehat dari Pakar Menulis Hernowo Hasyim
Aris artImage


Begitu dapat alamat mailboxnya Pak Hernowo di hernowo@mizanlc.com maka saya coba kirim email. Tentu kulayangkan sedikit curhat dan minta agar dapat saran atau bimbingan. Khan hebat kalau langsung dapat bimbingan dari Sang Maestro Menulis. Bayangkan hingga pertengahan tahun 2005 saja, Pak Hernowo sudah menerbitkan 24 buku. Dalam 3 tahun saja, Beliau dapat membuat 17 buku! Buku terbarunya Mengikat Makna Sehari-hari: Bagaimana Mengubah Beban Membaca dan Menulis Menjadi Kegiatan yang Ringan-Mengasyikkan (MLC, 2005) udah kubeli. Sungguh saya pingin bisa dapat siraman spirit dari Beliau. Kadang-kadang terlintas pula keinginan menjadi seperti Beliau.

Jawaban email yang saya terima ternyata mengandung nasehat yang dahsyat! Kata Beliau ‘Membaca dan menulis itu satu paket!’ Wah, kayaknya saran ini memukul kesadaran saya. Dalam banyak hal, saya suka pilih-pilih, dan tidak terlalu suka jika tak ada pilihan lain. Pinginnya ada banyak pilihan yang bisa saya pilih sesuka hati. Kalau tidak maka saya sering merekayasa sedemikian hingga jadi ada pilihan lain. Sayangnya ketika ada pilihan membaca dan menulis, saya pilih membacanya saja. Menulisnya tidak.

Saran berikutnya adalah agar saya mengikat makna sehari-hari. Beliau menyarankan saya baca buku Mengikat Makna Sehari-hari. Saran ini juga bisa dimaknai bahwa: Menulis sehari-hari sepaket dengan membaca sehari-hari. Segera menulis setelah membaca buku. Ini juga rada repot. Kalau menulis dari membaca buku, seringkali saya langsung ngutip persis sama dengan yang ada di buku. Rasanya kok ndak ada bedanya. Njiplak atau plagiat tulisan orang. Akhirnya aku bikin metode sendiri: Mengikat makna cara copy-paste yang lebih fun. Baca saja artikelnya di situs ini di bawah.

Yang menjadi kendala psikologis adalah jika tulisan saya nantinya dibaca orang. Perasaan tak ada ide orisinil, compang-camping dan jadi nggak PD. Dengan latar belakang budaya Jawa saya yang penuh basa-basi dan ‘alusan’, segala sesuatu yang bersifat pribadi itu dipendam. Semakin beratlah menuangkan gagasan lewat tulisan. Sayangnya jika aku sudah banyak baca buku dan tidak bisa nulis satu bukupun ini seperti beli komputer tapi tidak pakai printer.

Meskipun demikian, saya tetap akan menyampaikan banyak terima kasih atas dorongan semangatnya. Jelas mendapat dorongan menulis dari pakar menulis sangat berarti bagi saya. Buat Pak Hernowo sekali lagi, trims ya...

  
Aku juga mau kasih semangat ke Ais ahh...

No comments: