Sunday, January 21, 2007

Menyempurnakan Taqwa dalam Keadaan Bagaimanapun

Khutbah Iedul Adha 1427H di YPAC Surakarta
Oleh: Ust. Aris Hanafiyah, ST.

Alhamdulillah, nahmaduhu wa nastainuhu, wa naudzubillahi min sururi a’malina.
Allahu akbar… Allahu akbar … laa ilaaha illallaah huallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah atas segala rahmat dan hidayahNya.
Marilah kita rayakan hari yang sangat mulia ini. Bersama jutaan kaum muslimin yang berhajji berkumpul di Baitullah Makkah mukarromah memenuhi panggilan Allah. Kita agungkan Allah dengan bertakbir, bertahlil dan bertahmid memujiNya.

Allahu akbar… Allahu akbar … laa ilaaha illallaah huallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Hari raya ummat Islam Iedul Adha ditandai dengan sholat Ied di tanah lapang kemudian dilanjutkan dengan berqurban. Dari asal kata Qoruba-yakrubu-qurbanan yang artinya mendekat /pendekatan. Dalam pengertian agama: Qurban berati: Usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyembelih binatang ternak yang dilaksanakan sesuai tuntunan semata-mata untuk mencari ridho Allah.

Keutamaan berqurban sangatlah mulia. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
“Tidak ada amalan ibadah lain yang dilakukan oleh manusia yang Allah lebih cintai di hari nahr (Iedul Qurban) selain menyembelih binatang kurban. Sesungguhnya hewan-hewan kurban itu pada hari kiamat kelak akan datang beserta dengan tanduk-tanduknya, bersama dengan bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kamu semua dengan pahala qurban itu.” (HR Turmudzi, Ibnu Majah dan Al Hakim)
Rasulullah juga memberikan ancaman bagi mereka yang enggan berqurban:
“Barang siapa mempunyai kesempatan (kemampuan) untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya, maka janganlah ia dekat-dekat ke tempat sholat kami”. (HR Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Huroiroh)
Qurban adalah bukti nyata ketaqwaan:
لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ {37}
“Tidak sampai daging-daging itu kepada Allah, juga tidak pula darahnya, tetapi yang sampai kepa Allah adalah ketakwaan kalian. Demikian Allah memudahkan bagimu agar kamu dapat mengagungkan asma Allah atas segala hidayahnya dan agar kamu memberi kabar gembira bagi orang-orang muhsin”.(QS. Al Hajj: 37)

Allahu akbar… Allahu akbar … laa ilaaha illallaah huallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Lewat mimbar mulia ini, kami ajak seluruh hadirin juga pada diri saya sendiri: Marilah kita bertaqwa dengan sesungguhnya taqwa. Jangan sampai kita mati kecuali sebagai seorang muslim.

Jebakan untuk tergelincir sangatlah banyak. Dunia yang sudah tua ini penuh dengan godaan. Ia akan selalu membuat tergelincir mereka yang lengah. Marilah kita coba meneladani Nabi Ibrohim as Kholilullah dalam mensikapi dunia saat perintah Allah datang mengujinya. Manusia agung pilihan Allah, Ibrohim menerima ujian yang maha berat. Ujian untuk menjadi teladan manusia sepanjang jaman.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا(125)
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlash menyerahkan diri kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibramin yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kekasih-Nya”. (QS. An Nisa’: 125)
Peristiwa penuh hikmah ini diabadikan dalam Alqur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ {102}
“Dan ketika anak itu sampai umur (sehingga ia bisa berjuang bersama Ibrahim), (Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu". Ismail menjawab: "Wahai Bapakku, Kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapati aku termasuk orang yang bersabar.”(QS Ash Shofat 102)

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah
Marilah terus tingkatkan ketaqwaan kita. Bertaqwa tanpa cari-cari alasan untuk menghindar. Entah alasan malas. Tidak menguntungkan bisnis (maka karyawan tidak diberi kesempatan cukup untuk sholat). Tidak produktif. Atau bahkan alasan bahwa ibadah itu tidak masuk akal sekalipun.

Nafsulah yang menyebabkan manusia tergelincir.
إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
"Sungguh nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan."(QS. Yusuf: 53)
Nafsu yang dibenarkan oleh akal manusia. Dengan berbagai alasan untuk menolak atau menyepelekan perintah Allah. Sholat dianggap meboroskan waktu. Jihad fi sabillah dicap teroris. Qurban dianggap ritual kuno dan tak ada untungnya. Haji dianggap perjalanan sia-sia dan membuang uang. Naudzu billahi min dzalik.

Tak terkira jumlah orang yang berakal pandai. Sederet gelar disandang tapi tidak mendekatkan pengetahuannya pada makrifat pada Allah. Segudang uang di tumpuk, tapi tidak membuatnya sadar bahwa ada hak orang miskin (zakat-shodaqoh) yang harus ditunaikan. Semakin banyak harta justru semakin miskin jiwanya. Kesempatan dan kesehatan dan kesempurnaan jasmani tidak membuatnya penjadi hamba allah yang paling bertakqwa yang berdiri paling depan mengemban dakwah jihad fi sabillah, tapi justru menjadi hamba nafsu. Betapa mereka yang cantik dan rupawan tapi hatinya kosong dan terjerumus pada penghambaan pada nafsu. Mereka yang sempurna jasadnya dan menjadi pujaan idola manusia tetapi dimata Allah mereka makhluk yang hina. Derajatnya lebih rendah dari binatang. Karena kelakuannya menang kelakuan rendahan.
Laqod kholaqnal insana fi ahsani takwiim tsumma rodadnahu as fala saafiliin.
“Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna, lalu kemudian kami kembalikan derajat mereka ketempat yang paling rendah.”
(QS At Tiin: 4)

Sungguh segala yang ada di dunia ini fana. Maka jangan sampai kita tertipu dengannya.
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu “ (QS. Al Hadiid: 20). Carilah kehidupan akhirat. “Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan kekal.”(QS. Al A’la:17)
Dengan berbagai ujian yang menimpa, bencana, kesulitan, kekurangan dan godaan. Bersyukurlah kita masih diberi nikmat Allah yang paling berharga. Nikmat Iman dan Islam.

Allahu akbar… Allahu akbar … laa ilaaha illallaah huallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِينًا
Islam adalah diin sempurna (QS Al Maidah: 5) dan wajarnya suatu kesempurnaan maka ia merupakan sesuatu yang tidak mudah, ia harus diperjuangkan dengan kesungguhan.

Islam merupakan diin yang mencakup aturan tentang badan maupun ruh.
Seimbang antara kewajiban pada diri sendiri, keluarga dan kewajiban pada masyarakat.
Perintah menegakkan sholat dilanjutkan dengan membayar zakat.
Keseimbangan hablu minAllah wa hablu minannaas.
Membutuhkan kemampuan fisik, harta, kekuasaan maupun kekuatan tekad ruh.
Ibadah kepada Allah dengan cara melayani Allah lewat pelayanan kepada ummat.

Allahu akbar… Allahu akbar … laa ilaaha illallaah huallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Allah tidak membebani seseorang kecuali sekadar yang ia mampu.
La yukallifullaha nafsan illa wus aha. Laha maa kasabat wa alaiha maktasabat.

Jika ada kesulitan maka di sana ada rukhshoh (kemudahan). Contohnya dalam ibadah sholat. Tidak bisa sholat sambil berdiri, bisa sholat sambil duduk. Tidak bisa sholat sambil duduk maka sholat dilakukan sambil berbaring. Bagi yang tidak bisa menggerakkan anggota badan maka sholat dapat dilakukan dengan memberi isyarat.

Mereka yang mampu harus berzakat atau menyembelih qurban. Sedang mereka yang tidak mampu maka berhak menerima zakat atau daging qurban.

Dienul Islam menciptakan peradaban masyarakat yang saling tolong menolong. Saling melengkapi. Peduli dan tidak cuek dengan kondisi lingkungan. Islam mendorong terciptanya sistem yang membantu mereka yang lemah agar mampu mencukupi kebutuhannya. Mendorong mereka yang mampu untuk menafkahkan sebagian hartanya untuk dishodaqohkan kepada yang membutuhkan. Mendorong sistem yang memberi kesempatan bagi mereka yang lemah, difabel agar mampu berdikari. Mencegah terjadi pendoliman dari yang kuat dan berkuasa kepada mereka yang rendah dan lemah.

Tetapi batasan akan kemudahan ini bukan seperti apa yang kita mau. Bukan berarti memboleh segala hal dengan alasan keterpaksaan yang dicari-cari. Tapi sampai batas pada apa yang kita mampu. Marilah kita persembahkan amal yang terbaik yang kita mampu.
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إِلا طَيِّبًا
“Sesungguhnya Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik pula.” (HR Muslim)

وَلاَتَيْئَسُوا مِن رَّوْحِ اللهِ إِنَّهُ لاَيَيْئَسُ مِن رَّوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقُوْمُ الْكَافِرُونَ {87}
“Dan jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah, sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir.” (QS. Yusuf: 87)

Allah tidak melihat pada baju dan jasadmu tetapi Allah melihat hati dan amal perbuatanmu. Semoga segenap amal ibadah yang kita tunaikan diberi ganjaran Allah. Amin.

Allahu akbar… Allahu akbar … laa ilaaha illallaah huallahu akbar
Allahu akbar wa lillahil hamdu

No comments: