Saturday, January 24, 2009

Filosofi Tembang Lir Ilir

Sawah

Tembang syarat makna berikut ini konon gubahan Sunan Kalijogo, Wali Songo yang paling tinggi jiwa seninya. Syair ini sering ditembangkan di pesantren salaf. Kadang diselang - seling dengan sholawat nabi dengan intonasi dan alunan nada yang sama. Syair ini maknanya tinggi dengan alunan syair yang menentramkan hati.

Lir-ilir, lir-ilir tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jrumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo

Terjemahan bahasa Indonesia dari syair diatas kira-kira adalah demikian:
Ayo bangun (dari tidur), tanam-tanaman sudah mulai bersemi,
demikian menghijau terlihat bagaikan pengantin baru
Wahai gembala, ambillah buah blimbing itu,
walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang telah koyak sisihkanlah
Jahit dan benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung sedang terang bulan, mumpung sedang banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…

Hijau adalah warna perlambang agama Islam yang saat itu kemunculannya bagaikan pengantin baru dan sangat menarik hati. Hijau juga berarti pertumbuhan dan kemudaan.
Syair di atas tidak menuliskan: “Wahai Raja”, "Ulama, Ulama", "Pak Jendral, Pak Jendral", "Intelektual, Intelektual" atau apapun lainnya, melainkan "Bocah Angon, Bocah Angon...". Ini menunjukkan bahwa syair ini ditujukan juga bagi wong cilik, orang kebanyakan. Karena sesungguhnya orang kebanyakan pun mempunyai tanggungjawab atau amanah sendiri-sendiri. Kullukum roin wa kullukum mas’ulum ‘an roiyatih. Ro’in sendiri dalam bahasa arab biasa diartikan sebagai gembala. Masa kecil Rasullah juga seorang gembala. Orang kecil yang mempunyai amanah yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran.

Harus dipanjat dengan hati-hati untuk memperoleh buahnya, bukan ditebang, dirobohkan dan diperebutkan. Ini menjaga kelangsungan dari berkah sang pohon blimbing agar tetap bisa memberikan buahnya di masa yang akan datang.

Air perasan blimbing jaman dahulu biasa digunakan ibu-ibu untuk mencuci pakaian yang kotornya berlebihan. Karena mengandung sifat asam kuat maka baju yang dicuci dengan air blimbing dapat menjadi bersih kembali seperti baru.

Dodot adalah jenis pakaian tradisional Jawa yang sering dipakai pembesar jaman dulu. Bagi masyarakat Jawa, agama adalah ibarat pakaian, maka dodot dipakai sebagai lambang agama atau kepercayaan. Pakaian juga berarti perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan jiwa adalah perhiasan takwa. (fa ta zawwaduu fa inna khoiro zaadi taqwa). Pakaian adalah akhlak, pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Pakaian adalah rasa malu, harga diri, kepribadian, tanggung jawab.

Pakaianmu, (yaitu) agamamu atau akhlakmu sudah rusak maka jahitlah (perbaiki). Rusak di pinggir-pinggir artinya bukan rusak total tetapi kurang sempurna. Jadi syair ini menuntun kita untuk menyempurnakan agama dengan keimanan dan ketakwaan yang sempurna pula. Udkhuluu fi silmi kaaffah. Jika engkau melanggar atau mengkhianati amanat, tugas dan fungsimu, maka sesungguhnya engkau sedang menelanjangi dirimu sendiri. Menghinakan diri sendiri.

Pakaian yang robek-robek ini perlu diperbaiki sebagai bekal menghadap Robbmu yang Maha sempurna. Maka dondomono, jlumatono, jahitlah robekan-robekan itu, utuhkan kembali, tegakkan harkat yang selama compang-camping oleh maksiat yang masih dilakukan. Selagi ada cahaya terang yang menuntunmu, selagi masih hidup dan masih ada kesempatan bertobat. Bersemangat dan optimislah. Selagi hidayah Allah masih bisa diraih. Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Alloh.

Tugas Kuliah Pasca Pak Sabar Narimo

4 comments:

Anonymous said...

lir ilir bukan ..bangun bangun
tapi: bila kita duduk ditepi sawah yang sedang semi...bila tertiup angin.nampak pucuk daup padi bergelombang...semilir gitu....saling susul menyusul


mohon maaf bila nggak berkenan jangan dipakai
nuwun

Aris Hanafi said...

Lir ilir juga berarti kata kerja dasar dari bahasa jawa 'nglilir' yg artinya bangun atau melek dan bentuk perintah atau ajakannya 'lir ilir'.
Istilah 'ngilir' umumya dipakai untuk orang yg 'ngilir' di tengah malam. Untuk bangun sholat malam atau hanya sekedar ke belakang sambil melihat situasi malam.
Tapi jika diartikan daun yg tidak diam saja (tidur) karena tertiup angin sehingga bergerak dan bergoyang juga boleh kok.

Anonymous said...

Tulisan yang bagus & bermutu Mas Hanafi. Semoga qt semua dapat mengamalkan makna yang tersimpan dalam lagu itu.

Anonymous said...

lir ilir artinya kipas kipasan pake kipas dari anyaman bambu tipis