Tuesday, January 29, 2008

Demokrasi Parlemen = Medan Perang Jihad Terkini di Indonesia

Demokrasi parlemen seperti medan perang. Pemenang perang bukanlah mereka yang paling benar. Bisa jadi mereka yang batil bisa menang. Karena dalam medan perang maka mereka yang paling siap dengan pasukan dan strategi perang serta benar-benar berjuang secara sungguh-sungguh yang akan menang. Sehingga tidak kemudian karena kalah perang maka umat Islam berarti salah dan batil. Juga tidaklah karena sering kalah maka kewajiban berperang (jihad) menjadi haram. Kewajiban jihad tetap ada meskipun umat Islam kalah di medan jihad.

Demikian pula demokrasi dengan medan tempurnya adalah parlemen. Perjuangan menegakkan syariat Islam juga harus ada di sana. Jika tidak ada pejuang Islam di parlemen maka hukum Islam akan disingkirkan. Penguasa dholim enak saja mengesahkan prostitusi dan terus korupsi dengan aman. Bahwa sering kalah dalam voting (di parlemen) bukanlah menjadi alasan bahwa dakwah di parlemen menjadi haram.

Janganlah menghujat mereka (anggota parlemen) yang telah berjuang (dan kalah) waktu berdakwah di parlemen lewat partai Islam. Kenyataannya demokrasi adalah metoda atau cara yang saat ini ada dan bisa dipakai (available) untuk memperjuangkan Islam. Inilah medan jidah terkini di Indonesia untuk menegakkan syariah Islam. Jika ada cara lain (misalnya revolusi) dan bisa dilakukan (kondisi mayarakat mendukung) maka bolehlah (bahkan wajib) meninggalkan cara demokrasi. Ini sama dengan meninggalkan medan perang yang satu karena strategi (misalnya agar memenangkan di medan perjuangan yang lain) bukan karena pengecut lari dari medan jihad.

Jangan keburu melabeli demokrasi sebagai sistem haram. Ini sama dengan melabeli semua Pak Lurah dan Pak Camat (yang dihasilkan dari pemilihan = demokrasi) sebagai Thogut. Semantiknya (Lurah dan Camat) memang tak ada dalam sunnah (seperti juga demokrasi parlemen). Tapi realitasnya ia ada di sistem pemerintahan di Indonesia saat ini. Jika Lurah atau Camat berusaha menegakkan syariat Islam maka ia bukan thogut dan wajib didukung. Umat Islam mestinya berjuang agar seluruh Lurah dan Camat di lingkungan masing-masing berasal dari umat Islam dan berjuang untuk menegakkan syariat Islam. Jangan malah lari dari pemerintahan (tidak ikut memilih atau mencalonnkan diri) dan cuma berkoar-koar di masjid. Untuk itu ya pasti masuk dalam sistem pemerintahan daerah. Ikut pilihan Lurah dan Camat (meskipun mungkin hasilnya kalah). Jika ada kesempatan dan kekuasaan (karena jadi Lurah atau Camat) sehingga bisa merubah atau membuat undang-undang dan peraturan maka gunakan untuk menegakkan syariat bukan menghalangiya. Bahkan jika suatu saat nanti sistem pemerintahannya bisa diubah (secara bertahap namun pasti) sehingga sesuai dengan sunnah nabi menjadi daulah Islam maka gunakan kesempatan itu, mengapa tidak.

Baca lebih lanjut tentang demokrasi di demokrasi.tk

Wednesday, January 23, 2008

Keindahan Untukmu Rabbi

AswitLovers
Jika cintaku Kau ciptakan untuk dia
tabahkan hatinya
teguhkan imannya
sucikan cintanya
lembutkan rindunya Rabbi....

Jika hatiku Kau ciptakan untuk dia
penuhi hatinya dengan Kasih-MU
terangi langkahnya dengan Nur-MU
bisikkan kedamaian dalam kegalauan
temani dia dalam kesepian Rabbi...

Kutitipkan cintaku pada-MU
untuknya resapkan rinduku pada rindunya
mekarkan cintaku bersama cintanya
satukan hidupku dan hidupnya dalam cinta-MU
sebab,
sungguh aku mencintainya karena-MU...

Cinta... Akhirnya kutemukan juga...

Aku pernah mencari cinta ...
Kucari di utara, timur, selatan dan barat,
tapi tak jua kutemukan

Semakin keras ku mencari,
semakin tak ku temui ...

Kusangka cinta adalah suatu perasaan membara,
tapi aku terbakar ...

Kusangka cinta adalah kebahagiaan hingga langit ketujuh,
tapi aku terjatuh ...

Kusangka cinta adalah memiliki dan dimiliki,
tapi aku terkekang ...

Kusangka cinta adalah semu, dan aku kecewa ...
Sampai akhirnya ...

kutemukan sebuah perasaan hangat merayap
menyelimuti seluruh jiwaku
tumbuh dan berkembang dengan indahnya
memelukku tapi tidak mengikatku
menenangkan hatiku dan mencerahkan pikiranku

Akhirnya kutemukan juga ...
cinta ...
pada dirimu Aris Hanafiyahku...

Tuesday, January 01, 2008

Dituakan

Foto pernikahan Ust Mahyani dan Dewi
Pernikahan Ust Mahyani Devi Yumandera dan Dewi Sriyanti


Anak saya baru dua: Alif 4 tahun yg baru saja kena cacar air dan adiknya Aisya yg ketularan setelah kakaknya sembuh. Keduanya cesar alias anak mahal. Semoga jadi anak sholeh dan sholihah. Mestinya kami masih keluarga muda, tapi saya dan istri sudah seperti jadi orang tua. Bukan karena Alif sudah dikhitan umur 2 tahun tapi kami sudah beberapa kali mantu. Lho..? Bukan anak sendiri tapi kami dianggap sebagai orang tua dalam urusan pernikahan.

Menjadi 'orang tua' atau yg 'dituakan' itu ternyata tidak gampang. Kejadian ini saya alami saat saya dan istri dimintai tolong untuk urusan pernikahan. Dari mencarikan jodoh, memfasilitasi taaruf pasangan, meminang calon pengantin putri, menjadi saksi pernikahan bahkan sampai menjadi wali pernikahan. Beberapa di antaranya sukses mendapatkan pendamping hidup dan menikah. Duh senang rasanya bisa ikut membantu. Beberapa di antaranya masih masuk daftar tunggu. Wah... siapa ya jodohnya...

Kalau sukses insya Allah kami berharap dibangunkan rumah di syurga (Alluhumma amin). Tapi kalau sampai rumah tangga pasangan yg kita jodohkan itu gagal. Wah.. saya kok takut ikut menanggung kesalahan karena ikut menjodohkannya. Kami harus ekstra hati-hati dalam menjalankan amanah yg satu ini.

Hanya selalu kami iringi doa tulus untuk para pengantin kami "Barokaallaahu lakuma ba warokaallahu 'alaikuma wa jama'a kuma fi khoir".

Pernikahan Reza Akbar dan Ermawati
Pernikahan Reza Akbar dan Mei Tri Ermawati. Menjadi wakil orang tua Reza yang tdk bisa datang dari Aceh
Jadi walinya Reza karena ortunya tidak bisa datang dari Aceh