Ketika lidahku kelu membisu
Hasrat menyergap terselubung perasaan malu
Tanpa kata
Hanya desir hati
Kelembutan yang mempesona
Meski pandangan mata saling menunduk
mata batinku melihatnya tersenyum
Indah tak terlukiskan kata-kata
Kehadirannya bagai angan rindu yang mewujud
Tapi kini datang kegelapan
Seperti pekatnya malam tanpa bulan dan bintang
keraguan sempat mengulitakan hati
badai prahara menerjang tak diundang
Sadarkan bahwa aku bukanlah pewaris batu karang
Sekeras apapun usahaku
Hanya kelembutanlah yang sanggup
Menegarkan hati dengan senandungnya
Dan ketika pudar
Pudar pulalah asa
Kekosongan yang siap mengiris sukma
Meski bukan karang kucoba bertahan
Menyenadungkan doa
dalam tetes air mata satu-satu
Berharap jadi bahan bakar api asaku
Agar mampu menerangi jalan
Menanti saat mentari muncul
diufuk cakralawaku
kugenggam bayangmu disudut hati
Berharap senyummu tak memudar cepat
Smoga penantian panjangku tak sia-sia
*)Puisi untuk istriku yang tercinta
Mengenang saat penantian perikahan kami
Wednesday, May 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment